Di balik suasana religius Masjid Jami’ Lasem, yang berdiri kokoh sebagai penjaga tradisi Islam di Rembang, tersimpan beberapa warisan berharga salah satunya dari Temanggung yaitu sebuah mushaf Al-Qur’an kuno yang kini menjadi bagian penting dalam kajian kodikologi Islam di Indonesia. Mushaf ini bukan sekadar peninggalan, melainkan saksi perjalanan peradaban Islam lokal dan dedikasi para penjaga warisan budaya.
Penemuan mushaf ini berawal dari kegigihan Pak Abdul Aziz, seorang pecinta manuskrip yang memiliki kebiasaan tak biasa setiap kali bepergian ke luar kota, ia selalu menyempatkan diri mencari informasi tentang keberadaan manuskrip-manuskrip kuno. Ketekunannya membuahkan hasil ketika ia mendengar kabar tentang kolektor manuskrip di Parakan: KH Tajuddin M. Nur, mantan Ketua PCNU Temanggung tahun 2009. Dengan penuh takzim, Pak Abdul Aziz sowan ke rumah beliau, dan di luar dugaan, KH Tajuddin menghadiahkan satu manuskrip mushaf Al-Qur’an yang telah lama beliau simpan dengan baik.
Manuskrip itu kemudian diserahkan kepada Masjid Jami’ untuk melestarikan warisan budaya agar terhindar dari kerusakan dan kepunahan. Di sana, Pak Abdullah Hamid sebagai pelestari utama, menjaga, merawat naskah dengan penuh tanggung jawab dan cinta terhadap tradisi Islam.
Tampilan Fisik dan Karakteristik Kodikologis
Mushaf ini memiliki ukuran cukup besar, yakni 32 cm x 20 cm, dengan jumlah 13 baris tulisan per halaman dan panjang baris mencapai 28 cm. Warna kertasnya coklat muda, memperlihatkan usia manuskrip yang sudah cukup tua, sementara teks ditulis dalam bingkai garis ganda yang rapi dan elegan. Kertasnya menggunakan dari bahan daluang.
Penandaan ayat pada manuskrip ini unik: tidak menggunakan nomor sebagaimana mushaf cetak modern, melainkan memakai tanda titik dengan tinta hitam yang dilingkari oleh tinta merah. Gaya ini menjadi penanda visual yang menarik, sekaligus menunjukkan adanya sistem simbolik lokal dalam menandai ayat-ayat suci.
Tulisan dalam mushaf menggunakan rasm imla’i, bukan rasm Utsmani yang umum digunakan dalam mushaf modern. Rasm imla’i memiliki karakter fonetik yang lebih dekat dengan pelafalan Arab kontemporer. Tanda-tanda baca dan simbol-simbol tajwid dalam manuskrip ini juga tampak ditambahkan dengan tinta merah, kemungkinan untuk memudahkan pembacaan secara tartil oleh pembacanya.
Estetika Sampul: Jejak Seni Manuskrip Islam
Daya tarik lain dari manuskrip ini adalah sampul tebal berwarna merah bata yang masih melekat pada bagian belakang naskah. Gambar sampul memperlihatkan corak geometris simetris yang menonjol di bagian tengah dan sudut-sudutnya, berpadu dengan aksen emas yang sudah mulai memudar dimakan waktu. Desain ini menampilkan kekayaan seni manuskrip Islam tradisional yang tidak hanya menjaga isi, tetapi juga menghadirkan keindahan luar yang merepresentasikan penghormatan terhadap wahyu Ilahi.
Meskipun sampul depan sudah terlepas dari badan naskah, keberadaan sampul belakang yang masih utuh memberikan petunjuk bahwa naskah ini pernah disimpan dalam kondisi yang baik dan terawat. Tekstur dan goresan pada sampul menunjukkan bahan pelapis berkualitas tinggi dan pengerjaan tangan yang teliti.
Warisan Budaya yang Perlu Dihidupkan
Mushaf ini bukan hanya teks suci, tetapi juga artefak budaya yang menyimpan nilai- nilai spiritual, seni, dan sejarah. Upaya pelestarian oleh KH Tajuddin M. Nur, Pak Abdul Aziz, dan Pak Abdullah Hamid menjadi contoh konkret bahwa menjaga manuskrip bukan sekadar tugas akademik, melainkan panggilan hati untuk merawat identitas keislaman kita.
Kajian kodikologi terhadap mushaf seperti ini memberikan peluang besar untuk memahami lebih dalam cara orang-orang terdahulu menyampaikan dan menjaga Al-Qur’an. Ia menjadi pintu masuk untuk menelusuri sejarah keilmuan Islam di Indonesia dari gaya tulis, bahan kertas, sistem tanda baca, hingga simbol-simbol artistik yang menyertainya. Di tengah arus digitalisasi dan cetakan modern, keberadaan mushaf ini di Masjid Jami’ Lasem mengingatkan kita bahwa naskah adalah warisan yang memberi pelajaran, dan terus menginspirasi.
~ * ~
Disusun Oleh Kelompok 2:
- Nurul Afifah
- Eka Apriliyana
- Alfinda Najwa Sahila
- Imelda Zumi Fatimatuzzahra
(Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Kudus)