Peran Orangtua Dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Pendidikan karakter bangsa pada intinya merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi agama. Budaya dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter itu terdapat 18 buah antara lain yaitu: Agama, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Nilai–nilai budaya dan karakter bangsa melalui pendidikan dikembangkan agar peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagi pribadi, anggota keluarga, masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, kreatif dan inovatif. Secara teknis pendidikan karakter bangsa dimaknai sebagai proses internalisasi penghayatan nilai-nilai budaya karakter bangsa dan nilai-nilai luhur akhlak muliayang dilakukan peserta didik secara aktif.
Pada pendidikan anak usia dini sangat perlu untuk memperhatikan dan menerapkan pendidikan karakter demi masa depan anak – anak Indonesia yang lebih baik. Dengan pendidikan karakter itu diharapkan pula anak – anak tumbuh paripurna atau sempurna. Pada usia 0 – 6 tahun, pada periode ini otak anak sedang berkembang dengan sangat pesat. Mereka akan mampu menyerap dengan cepat segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya.
Pentingnya Pendidikan karakter Anak Usia Dini
Pendidikan bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga sejalan dengan pendapat Dr. Martin Luther King, Yakni : “Intelligence pus character… that is the goal of true educatio” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Memahami pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Menurut Thomas Lickoma, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya, Kecerdasan emosi ini adalah bekal yang penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Kunci sukses keberhasilan suatu Negara sangat ditentukan oleh sejauh mana masyarakat mempunyai karakter yang kondusif untuk maju yang disebut “modal social“ (social capital). Jadi, bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam atau banyaknya jumlah penduduk dan luas geoografisnya. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang, penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama membangun bangsa.
Banyak hal yang harus dilakukan untuk membangun karakter anak usia dini yang diharapkan dapat mengubah perilaku negatif ke positif. Pertama kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitif dalam kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia dini.
Pendidikan intelektual (kognitif) yang berlebihan akan memicu pada ketidak seimbangan aspek-aspek perkembangannya. Kedua, setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif, tambahkan materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter tidak identik dengan mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi pendidikan ini adalah mengarahkan pengasahan kemampuan afektif.
Metode pembelajaran karakter ini dilakukan dengan cerita-cerita keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi, sahabat-sahabat nabi, pahlawan-pahlawan Islam, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang dianggap baik dilakukan adalah dengan contextual learning, yaitu dalam setiap pembelajaran anak-anak diberikan contoh kegiatan yang baik dengan langsung diperlihatkan dalam tindakan-tindakan seluruh pendidik dalam suatu lembaga pendidikan.
Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak. Sehingga dalam lingkungan keluargalah watak dan kepribadian anak akan dibentuk yang sekaligus akan mempengaruhi perkembangannya di masa depan.Bagi anak, orang tua merupakan figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak.
Untuk itu, orang tua harus mampu memberi contoh yang baik pada anak-anaknya, memberi pengasuhan yang benar serta mencukupi kebutuhan-kebutuhannya dalam batasan yang wajar.
Anak-anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal apabila orang tua memainkan peranan yang benar dalam mendidik dan mengasuh anak. Demikian pula dengan karakter anak akan tumbuh dengan baik dengan campur tangan orang tua.
Anak-anak yang berkarakter tidak mudah larut oleh budaya buruk dari luar. Juga akan menjadi anak yang berkepribadian baik, dan mereka sebagai aset generasi penerus bangsa di masa depan.
Karakter terbentuk sebagai hasil pemahaman dari hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (triangle relationship). Namun, pengembangan karakter anak yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan terutama dari orangtua.
Dalam pengembangan karakter anak, peranan orangtua dan guru sangatlah penting, terutama pada waktu anak usia dini.
Perhatian Lebih
Era globalisasi memang telah mengubah segalanya. Beratnya persaingan hidup telah menyebabkan orang lupa memperhatikan kebutuhan anak karena sibuk mencari nafkah. Sementara perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan budaya luar baik atau buruk mengalir bagitu derasnya.Majunya informasi dan komunikasi beriringan denga kemajuan teknologi tentu membawa dampak signifikas dalam sendi-sendi kehidupan.
Hal itu membawa dampak pula dalam pengawasan dan bimbingan kepada anak-anak. Oleh karena itu anak-anak harus mendapat perhatian lebih dari orang tua.Sejak dini pada anak perlu ditanamkan nilai-nilai moral. Di mana nilai-nilai moral sebagai pengatur sikap dan perilaku individu dalam melakukan interaksi sosial di lingkungan keluarga, masyarakat maupun bangsa.
Pahami Tiga Teori Perkembangan
Orang tua harus memahami berbagai teori perkembangan dalam mendidik anak-anaknya. Paling tidak memahami tiga teori perkembangan yang diyakini menentukan hasil akhir pendidikan seorang anak.
Pertama, teori tabula rasa.
Teori ini menyatakan bahwa hasil jadi seorang anak sangat ditentukan seperti apa dia dididik. Teori ini mengibaratkan anak sebagai kertas putih yang kosong, tergantung siapa yang menulis dan melukisnya.
Menulis dengan rapi atau dengan mencoret-coret bahkan diremas hingga kumal. Semua tergantung yang memegang kandali atas kertas putih tersebut.
Kedua, teori genotype. Teori tersebut menyatakan bahwa hasil akhir seorang anak sangat ditentukan oleh gen (sifat, karakter, biologis) orang tuanya. Teori ini menegaskan bahwa sifat dan karakter anak tidak akan jauh berbeda dengan orang tuanya.
Ketiga, teori gabungan yang menggabungkan dua teori terdahulu di atas ditambah dengan faktor mileu atau lingkungan. Teori ini disebut teori konvergen, dan banyak dipakai oleh para psikolog maupun pengembang pendidikan.
Teori ketiga ini meyakini bahwa hasil akhir seorang anak ditentukan oleh tiga hal: faktor orang tua, faktor pendidkan dan faktor lingkungan. Banyak faktor lingkungan yakni dengan siapa dia bergaul, bergaul, pengaruh orang-orang dekat, paling diyakini sangat efektif mempengaruhi perkembangan anak.
Anak adalah Pribadi Unik
Dalam membangun karakter anak dengan demikian dibutuhkan upaya serius dari berbagai pihak terutama keluarga untuk mengkondidikan ketiga faktor di atas agar kondusif untuk tumbuh kembang anak.
Pendidikan karakter pada anak harus siarahkan agar anak memiliki jiwa mandiri, bertanggung jawab dan mengenal sejak dini untuk dapat membedakan hal yang baik dan buruk, benar-salah, hak-batil, angkara murka-bijaksana, perilaku hewani dan manusiawi.Anak adalah individu yang unik.
Banyak yang mengatakan bahwa anak adalah miniatur dari orang dewasa. Padahal itu kurang tepat, sebab anak-anak itu betul-betul unik. Mereka belum banyak memiliki sejarah masa lalu, pengalaman mereka sangat terbatas.Di sinilah peran orang tua yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak sangat dibutuhkan membimbing dan mendidik anaknya.
Harus disadari, tugas dan tanggung jawab orang tua antara lain:
sejak dilahirkan mengasuh dengan kasih sayang.
memelihara kesehatan anak.
memberi alat-alat permainan dan kesempatan bermain.
menyekolahkan anak sesuai dengan keinginan anak.
memberikan pendidikan dalam keluarga, sopan santun, sosial, mental dan juga pendidikan keagamaan serta melindungi tindak kekerasan dari luar.
Memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan dan berpendapat sesuai dengan usia anak.
Pendidikan karakter sebaiknya diberikan sejak usia dini, sebab pada usia – 0 sampai 6 tahun merupakan usia emas, karena pada periode ini otak anak sedang berkembang dengan sangat pesat. Mereka akan mampu menyerap dengan cepat segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya.
Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak. Sehingga dalam lingkungan keluargalah watak dan kepribadian anak akan dibentuk yang sekaligus akan mempengaruhi perkembangannya di masa depan.Bagi anak, orang tua merupakan figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak.
Untuk itu, orang tua harus mampu memberi contoh yang baik pada anak-anaknya, memberi pengasuhan yang benar serta mencukupi kebutuhan-kebutuhannya dalam batasan yang wajar.
Penulis : Nila Khorida, Mahasiswa IPMAFA