Patinews.com – Batangan, Anggota DPR RI Firman Soebagyo SE MH kembali menggelar tasyakuran dengan menggelar wayang kulit semalam suntuk di Balai Desa Kedalon, Kecamatan Batangan, Pati, Jateng. Sabtu, 30 November 2019.
Kegiatan, digelar atas terpilihnya kembali yang bersangkutan dalam Pemilu 2019 beberapa waktu lalu sebagai anggota DPR RI asal Pati, dan Oktober lalu dilantik untuk menduduki kursi parlemen di Senayan.
Tasyakuran kali kedua ini digelar di Desa kelahirannya, yakni Kedalon. Untuk tasyakuran pertama di halaman Balai Desa Bakaran Wetan, hal itu menunjukkan bahwa wilayah Pati timur merupakan basis massa para pendukung yang bersangkutan, di luar dapil/kabupaten lain.
Karena itu sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kesetiaan para pendukungnya, maka pada masa reses kali ini dimanfaatkan pulang kampung.
Selain untuk menggelar tasyakuran, juga sekaligus menyerap aspirasi dari para audennya, sehingga saat kembali ke parlemen nanti sudah punya gambaran apa yang sangat dibutuhkan masyarakat Kabupaten yang sumber penghidupannya notabene adalah bercocok tanam.
Selain itu di bidang kelautan dan perikanan yang terbesar adalah budidaya tangkap sehingga sektor ini harus dipacu maksimal agar meningatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah).
”Adapun yang kini tengah dipersiapkan Pemkab Pati, adalah upaya pembuatan kolam tambat kapal lengkap dengan sarana dan prasarana mulai jalan, jembatan hingga fasilitas penunjang lainnya,” sambungnya.
Untuk pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk, kali ini dipercayakan kepada dalang kondang asal Rembang, Ki Sigit Aryanto. Sedangkan lakon yang akan disuguhkan kepada para pemirsa teruma para penggemar kesenian wayang, adalah ”Banjaran Dasamuka,” di mana ki dalang akan membeber riwayat mulai lahir atau masa kanak-kanaknya Dasamuka hingga minggalnya.
Di tengah cerita tersebut akan muncul pula pesan-pesan moral yang tidak seharusnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu di mana kakak Dasamuka yang jadi penguasa di negeri Lokapala ingin mempersunting sendiri ibunya, Dewi Sukaesi yang juga ibu Dasamuka. Di sinilah konflik antara ibu, ayah dan anak tak bisa dihindari.
Akan tetapi Dewi Sukaesi tidak kehilangan cara, untuk menolak secara halus atas kehendak anaknya dengan cara membuka sayembara, ”Barang Siapa yang bisa mengurai /’medar’ Aji Sastrojendro Hayuningrat Pangruwating Diu.” Itu yang akan diterma Dewi Sukaesi sebagai lelaki yang akan mendampingi selamanya.
Ternyata tak ada satu pun laki-laki peserta sayembara, termasuk putranya sendiri Donopati akhirnya tak mampu mengurai maksud dari Aji Sastrojendro.
Akhir cerita, untuk menjawab semuanya, suami Dewi Sukaesi Begawan Wisrowo yang harus menjawab sayembara istrinya, maka sesuai janji yang diucapkan Dewi Sukaesi tetap sebagai istri Begawan Wisrowo. (*)