istilah “jamu” dari singkatan dua kata bahasa Jawa Kuno yaitu “Djampi” dan “Oesodo”.
Penulis: Nafi’atun Ni’mah
Istilah Jamu dapat didefinisikan sebagai Obat Tradisional yang dibuat dari bahan atau ramuan dari tumbuhan, hewan atau mineral dan sediaan sarian atau campurannya yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat (Badan POM, 2015).
Pengertian jamu menurut Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010, merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian (generik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Jurnal Fakultas Kedokteran Andalas).
Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah “jamu” dari singkatan dua kata bahasa Jawa Kuno yaitu “Djampi” dan “Oesodo”. Djampi yang berarti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa dan ajian-ajian sedangkan Oesodo berarti kesehatan (Rani Wahyu Permata, Skripsi, 2017).
Maka dapat disimpulkan bahwa jamu merupakan ramuan atau racikan yang berasal dari bahan alami warisan dari nenek moyang secara turun temurun yang berfungsi untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit berdasarkan pengalaman.
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa jamu dapat memberikan manfaat yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kebugaran dan kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh.
Sesuai dengan kondisi saat ini, dengan adanya wabah virus corona kita harus menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan dan minum yang sehat agar kekebalan tubuh tetap terjaga sehingga tidak mudah terkena penyakit. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari kepedulian covid-19 .
Untuk menjaga kekebalan tubuh agar tetap sehat dan tidak mudah terserang virus salah satunya dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi jamu. Salah satu jamu yang banyak diminati masyarakat saat pendemi seperti ini adalah jamu kunyit asam.
Kunyit dipercaya sebagai suplemen nutrisi yang paling efektif karena kandungan senyawa pada kunyit sama dengan obat. Senyawa utama yang terdapat pada kunyit disebut curcuminoids atau nama lainnya kurkumin. Kurkumin berkhasiat sebagai antibakteri, antiinflamasi, antioksidan, antivirus, antikanker, penurun gula darah dan juga sebagai immunomodulator.
Mirza menjelaskan bahwa kurkumin mampu meningkatkan ekspresi enzim ACE2 (Angiotensin-converting-enzyme2) yang merupakan reseptor dari Covid-19. Meskipun demikian, pernyataan kurumin menyebabkan peningkatan reseptor Covid-19 juga masih kontradiktif, terkait dengan banyaknya riset yang berkaitan dengan manfaat klinis kunyit dan temulawak sebagai bahan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh (brilio.net, 13 Desember 2020).
Selain mengandung kurkumin, kunyit juga mengandung mineral jenis aluminium, seng, kalsium, zat besi, magnesium, kalium, natrium, kobalt, serta bismuth. Rempah-rempah ini juga kaya akan vitamin A dan C, disamping itu juga mengandung minyak atsiri, glukosa, zat dammar, zat aktif dari arabinusa maupun diari heptanoid (honestdocs.id, 12 Oktober 2020). Sedangkan kandungan pada asam sendiri memiliki berbagai macam vitamin seperti vitamin B, C, zat antioksidan, betakaroten dan mineral yang menyimpan banyak manfaat sehat untuk tubuh (brilio.net, 29 November 2019).
Jika dilihat dari sisi kesehatan, jamu kunyit asam dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena terdapat kandungan antiperadangan, antioksidan, dan antibakteri. Selain itu, kadar vitamin C yang tinggi pada asem Jawa mampu memberikan efek yang baik untuk tubuh. Vitamin C berfungsi sebagai pelindung utama untuk melindungi dari ancaman bakteri dan virus yang mungkin ditemui selama aktvitas sehari-hari (brilio.net, 29 November 2019).
Tidak hanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, jamu kunyit asam ini juga memiliki kasiat lain, antara lain membersihkan tubuh dari toksin, mencegah dan mengobati radang, mencegah diabetes, obat luka bakar, melancarkan haid, mencegah pikun, obat keputihan, melancarkan produksi ASI, baik untuk kencantikan kulit, melancarkan persalinan, mencegah dan meredakan ganguan perut, menambah darah, mengatasi gatal-gatal, mencegah kanker, menjaga kesehatan mata, serta membantu program diet, sifat kunyit asam yang dapat menekan rasa lapar tersebut dapat mencegah seseorang makan berlebihan sehingga berat badan tetap terjaga.
Di samping itu, jamu kunyit asam juga dapat membakar lemak dalam tubuh (honestdocs.id, 12 Oktober 2020).
Sedangkan jika dilihat dari sisi perekonomian, kontribusi industri jamu sangat besar bagi pendapatan nasional, baik dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun penyediaan lapangan kerja. Bahan baku jamu yang digunakan hampir sekitar 99% merupakan produk dalam negeri. Hal ini dinilai mampu membawa multiplier effect yang cukup signifikan dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia mulai dari sektor hulu (pertanian) hingga sektor hilir yang meliputi perindustrian dan perdagangan.(Rani Wahyu Permata, Skripsi, 2017).
Wakil Ketua Bidang Humas DPP Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Edward Basilianus menjelaskan bahwa selama pandemi Covid-19, omzet produk herbal dan jamu di pasar global naik hingga US$ 138,5 miliar. Peningkatan omzet yang signifikan tersebut didorong oleh tingginya konsumsi masyarakat terhadap obat hingga suplemen herbal. Selama pandemi, terdapat tiga produk herbal yang digemarioleh masyarakat. Produk tersebut berasal dari bahan dasar temulawak, habatus sauda, dan kurkumin (tempo.co, 18 November 2020).
Salah satu produk yang mengandung kurkumin adalah jamu kunyit asam. Data yang diperoleh menurut lndustri Obat Tradisional (IOT) dan lndustri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dari 4.l87 terdapat 40% masyarakat memanfaatkan kunyit sebagai pengobatan dan 10% masyarakat mengkonsumsi kunyit untuk mengurangi nyeri waktu menstruasi (Tiara Widiatami, Jurnal Kebidanan, No 2, Oktober 2018:140).
Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 30.000 dari 40.000 spesies tanaman obat dunia, dan baru 9.600 jenis tanaman yang berpotensi dikembangkan, 1.000 jenis diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai ramuan kesehatan (voaindonesia.com, 01 Desember 2020).
Potensi yang sangat besar ini harus dimanfaatkan, terlebih di masa pandemic ini banyak masyarakat yang memilih untuk mengonsumsi jamu dan obat tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
(*)