JAKEN,PATINEWS.COM
Dimasa pandemi covid-19 merupakan situasi yang serba sulit dirasakan semua kalangan, dampak pandemi yang sudah hampir dua tahun turut dirasakan oleh para petani di wilayah kecamatan Jaken.
Pandemi juga berpengaruh besar terhadap harga jual hasil pertanian, ini diungkapkan oleh Supriyadi alias Mothi (40) salah satu petani desa Sriwedari kecamatan Jaken saat ditemui awak media disawah miliknya.Minggu,(10/10/2021).
Menurutnya kondisi petani khususnya diwilayah sekitar desa Sukorukun dan Sriwedari yang merupakan petani tanaman hortikultura yang saat ini ditanam adalah bawang merah, tanaman tomat dan sayur-sayuran sangat membutuhkan bantuan karena satu-satunya sumber air mengandalkan dari air tanah.
Sambil memetik buah tomat, ia menceritakan bahwa saat ini harga tomat ditingkat petani dikisaran Rp.2000,- per kilogram sehingga ia berharap harga tomat ditingkat petani bisa naik seperti sebulan yang lalu yang mencapai Rp.8000,- sampai Rp.12.000,- perkilogram.
Dari tanaman tomat yang ia tanam di tanah seluas 1.250 M persegi yakni sebanyak 1.360 batang setiap dua hari sekali menghasilkan 70 kg tomat yang akan diambil langsung oleh para pedagang dengan harga Rp.2000,- tiap Kg.
Ia berharap ada campur tangan dari pemerintah terkait dengan harga yang tidak menentu tersebut, apalagi dikaitkan dengan ongkos produksi tentunya sangat tipis keuntungan yang diperoleh oleh para petani mengingat satu-satunya sumber air mengandalkan air tanah dari sumur bor yang dibuat oleh para petani.
“Kami berharap lebih banyak bantuan pembuatan sumur bor untuk petani di desa Sukorukun dan Sriwedari ini,”ujarnya.
Ia juga berkeluh kesah tentang mahalnya pembuatan sumur bor yang mencapai puluhan juta rupiah tentunya sangat memberatkan.
“Kondisi kami sangat kesulitan, dan sangat berharap bantuan tersebut, mengingat biaya pembuatan sumur bor mencapai 10 hingga 15 juta tiap sumur, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah satu-satunya sumber air yang bisa menghidupi kami”tandas Supriyadi.(PN.Snpt)