Pati – Patinews.com
Harga singkong dari petani saat ini anjlok. Hal ini menjadi keprihatinan baik dari petani maupun kalangan Usaha Kecil Menengah (UKM). Menyikapi hal itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dinilai lambat dalam mengesahkan tapioka singkong menjadi komoditi resi gudang.
Hal itu diungkapkan Mashuri Cahyadi, Ketua Asosiasi Hasil Bumi dan Laut Nusantara (Hasbulan) yang berkantor pusat di Kabupaten Pati. Pihaknya mengeluhkan, harga singkong tanpa refaksi atau pengurangan harga saat ini di level kurang dari Rp 1.000.
“Dampaknya sangat dirasakan oleh petani singkong. Efek dari lambatnya tapioka dimasukkan dalam daftar resi gudang oleh Kemendag dan Bappebti harga singkong hancur,” ujar Mashuri Cahyadi pada Kamis, 26 September 2024.
Ditambahkan, saat ini harga singkong dari petani tiarap dan hanya menyentuh harga Rp 750.
“Pada panen raya 2024 ini, harga singkong tanpa refaksi hancur dan hanya dihargai Rp 750 per kilogram,” keluhnya.
Menurut Mashuri, kondisi ini sangat memprihatinkan bagi petani singkong. Mengingat, mereka tidak mendapatkan subsidi pupuk dari pemerintah.
“Kemudian hal ini berdampak pada tidak terserapnya singkong oleh industri tapioka. Karena memang modal usaha para pengusaha tapioka di Pati juga terbatas,” jelas Mashuri.
Dan pastinya, kondisi seperti membuat petani gigit jari, karena singkong tidak laku.
“Kami berharap pada pemerintahan yang baru, peduli dengan pertanian singkong dan UKM tapioka. Khususnya yang ada di Pati Jawa Tengah. Mengingat produksi tapioka UKM terbesar di Indonesia memang berada di Bumi Mina Tani ini,” harapnya. (*)