Penulis : Imam Muhlis Ali, S.Pd.I*
Pati, sebuah daerah yang belum begitu terkenal se antero Indonesia. Pati mungkin lebih di kenal sebagai sebutan Kabupaten paranormal, karaoke dan pensiunan. Sepertinya Juwana lebih dikenal orang luar daerah karena ada kerajinan kuningan, pelabuhan perikanan dan batik bakaran. Padahal Juwana bagian Kabupaten Pati. Saya berfikir kenapa Kota Pati atau Kabupaten Pati belum terkenal dalam arti kepositifannya secara gebyar oleh masyarakat Indonesia umumnya?
Di tahun 2021 ini, Kabupaten Pati sekarang sudah berusia 698 tahun. Sebuah usia yang luar biasa tuanya dan luar biasa lamanya. Kemerdekaan Indonesia saja baru 76 tahun. Kita saja belum tentu hafal silsilah keatas nenek moyang ratusan tahun yang lalu.
Berdasarkan berbagai sumber yang tersedia, merunut ke belakang sejarah awal Kabupaten Pati (dulu Kadipaten Pati), konon dalam buku-buku sejarah dan cerita nenek moyang, bahwasanya kadipaten Pati dahulu terbentuk melalui proses panjang dan dibutuhkan kesabaran ‘membaca’ sejarah. Kadipaten Pati ini hasil ‘perkawinan’ dua kerajaan besar kala itu yakni kerajaan Carangsoka dan kerajaan Paranggaruda. Carangsoka saat itu menguasai daerah-daerah yang kalau sekarang bernama Kecamatan Juwana, Jakenan, Pati, Gembong, Wedariksa, Trangkil, Margoyoso, Tayu, Dukuhseti, Cluwak dan sebagainya. Bahkan konon katanya sampai dipinggiran wilayah Kabupaten Jepara bagian timur. Sedangkan Kerajaan Paranggaruda menguasai daerah Kayen, Sukolilo, Karaban, Gabus dan daerah – daerah lain seberang kidul. Singkat cerita oleh panglima perang kerajaan Carangsoka, Joyokusumo (Kembangjoyo) dua kerajaan itu di satukan menjadi kadipaten Pesantenan dan sekarang menjadi Kabupaten Pati.
Memang sejarah daerah Pati sangat panjang jauh sebelum Republik Indonesia ini lahir. Diakui oleh banyak pemerhati sejarah dan kebudayaan jawa yang termaktub dalam buku-buku sejarah jawa dan keraton jawa di Perpustakaan Jogjakarta dan Solo. Saking tua usia Pati, sebenarnya masih banyak hal-hal dan peninggalan di daerah Pati yang belum di temukan. Bila ditemukan artefak, fosil, candi dan barang-barang kunopun sampai saat ini sepertinya masih belum maksimal penanganan, perawatan dan apalagi manajemen pariwisatanya. Maka seyogyanya para pemimpin ekskutif dan legislatif serta pemerhati sejarah didukung masyarakat luas Pati harus serius menggali dan mengembangkan semua sektor potensi Pati.
Sebagai warga Pati, kami melihat masih banyak potensi-potensi Kabupaten Pati terutama daerah-daerah desa yang belum tergarap potensi baik hasil alam, pertanian, perikanan, kelautan, wisata, sumber daya manusia, potensi peninggalan-peninggalan kuno mulai dari artefak, fosil, candi, barang kuno, bekas kadipaten, makam-makam raja, penyebar agama, waliyullah, peninggalan seni dan budaya Pati tempo dulu dan banyak potensi Pati lainnya.
Mengharapkan pengembangan Pati yang visioner
Dalam momentum tepat hari jadi Kabupaten Pati tahun ini, tanpa bermaksud menggurui semestinya para pemangku jabatan tinggi Pati sudah mulai merencanakan jangka pendek, menengah dan panjang. Yakni mengembangkan Pati yang lebih visioner, luar biasa, dan ‘mengembalikan’ Pati yang besar, tangguh, dan sejahtera masyarakatnya seperti dua kerajaan Carangsoka dan Paranggaruda dahulu. Kami kira pemimpin eksekutif dan legislatif Pati seyogyanya mempunyai narasi besar, jauh ke depan mau di bawa kemana Kabupaten Pati dan kira-kira 10, 20, 30 atau lebih 50 tahun Pati kedepan itu seperti apa.
Kita patut mengapresiasi kinerja Bupati Pati dan DPRD serta masyarakat Pati yang setidaknya dalam beberapa tahun ini banyak menghasilkan prestasi yang membanggakan. Namun diharapkan tidak berhenti disini saja, di butuhkan visi dan kerja besar ‘melejitkan’ Pati yang luar biasa. Semoga…..
*Guru Madrasah Darun Najah Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Pati.