CLUWAK, PATINEWS.COM
Ekonomi kreatif merupakan istilah yang sudah sering di dengar oleh millennials. Sejatinya, ekonomi kreatif menurut John Howkins adalah aktifitas perekonomian yang lebih mengandalkan ide atau gagasan (kreatif) untuk mengelola material yang bersumber dari lingkungan sekitarnya menjadi bernilai tambah ekonomi. Jadi, poin utamanya adalah kreatifitas. Penggunaan teori ini sangat relevan untuk menyelamatkan keadaan ekonomi yang sulit di masa pandemi. Salah satu contohnya adalah pemanfaatan komoditas asli di sekitar tempat tinggal sebagai sumber daya.
Penulis, sekaligus Mahasiswa KKN RDR UIN Walisongo tinggal di tempat penghasil singkong, Desa Payak, Cluwak, Pati. Ada dua cara untuk menjual singkong di daerah ini. Pertama, di jual ketika masih mentah di ladang, kedua, diolah menjadi tape. Dua cara ini termasuk paling mudah namun nilai jualnya juga tidak terlalu tinggi. Apalagi di masa pandemi.
“Saya dulu untuk menanam singkong saja habis uang Rp.600.000 hanya untuk ongkos buruh, belum lagi pupuk dan tenaga saya sendiri. Dan kemarin, singkong saya hanya laku Rp. 1000.000,” tutur Shodiq, petani singkong.
Petani banyak yang merugi karena harga singkong terus menurun sejak terjadi pandemi. Bahkan hingga 50% lebih.
Melihat keresahan yanh dialami oleh petani, penulis mengajak ibu rumah tangga bernama Hamidah yang memproduksi tape untuk membuat kreasi tape yang memiliki nilai jual tinggi. Dia mengungkapkan jika harga tape juga tidak terlalu tinggi di pasaran.
“Harga tape di pasaran kan memang tidak terlalu tinggi, satu plastik paling seribuan,” jelas Hamidah.
Melihat bahan produksi yang mendukung, penulis mengkreasikan tape menjadi kue bernama prol tape. Kreasi ini penulis bagikan di laman Youtube pribadi pada Senin (16/11) agar mudah diakses oleh khalayak ramai dan menginspirasi banyak orang.
Dalam video tersebut penulis menjelaskan tatacara mengolah tape menjadi Prol Tape. Kue ini adalah kue yang sudah ada dari zaman Belanda, namun masih tetap eksis dan digemari hingga sekarang. Jajanan ini juga dikenal sebagai oleh-oleh khas dari kota Jember. Olahan ini dipilih karena proses pembuatannya yang mudah, yakni cukup membuat adonan bolu biasa yang ditambah tape yang sudah dihaluskan, lalu keju dan kismis di taburkan di atasnya sebagai topping.
(Umi Latifah)