Plural atau majemuk merupakan suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri di negara Indonesia ini, negeri yang besar dan mempunyai keberagaman budaya serta kekayaan alam yang melimpah ruah, yang mana terdapat berbagai suku, ras, aliran kepercayaan, dan agama yang menjadikan Indonesia disebut sebagai negeri yang multi dimensi. Dari hal ini pula yang menjadikan Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar falsafah Negara Indonesia.
Mengambil suatu contoh desa Jrahi, sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati. Desa yang terletak antara perbukitan hijau sehingga tak heran jikalau sebagaian besar penduduk disana bermata pencaharian sebagai petani, selain mayoritas di desa ini petani, ada pula penduduk yang berternak, dan ada juga yang merantau ke luar pulau bahkan ke luar negeri. Di desa ini dihuni oleh sekitar 3000 jiwa, adapun agama yang ada pada desa Jrahi beragam mencakup Islam, Kristen, Budha, dan Kepercayaan Sapta Darma (Kejawen). Agama Islam di desa ini terdepat beberapa aliran di antaranya Qadariyah dan Naqsabandiyah, adapun agama Kristen mayoritas pemeluknya menganut aliran kristen protestan yang sesuai dengan ajaran Pantekosta. Agama Budha yang dipeluk oleh masyarakat Jrahi beraliran ajaran dhama, sedangkan kepercayaan Sapta Darma yang bersifat animisme dan dinamisme.
Desa Jrahi terkenal dengan julukan desa Pancasila, masyarakat mampu menjaga perbedaan dengan baik, antar masyarakat hidup guyub rukun, selalu menjunjung tinggi nilai toleransi. Agama mayoritas di desa Jrahi adalah Islam dengan persentase kurang lebih 60%, Budha kurang lebih 20%, Kristen 15% dan selebihnya aliran kepercayaan. Dihuni oleh sebagaian besar penduduk yang beragama Islam, ada suatu hal yang membuat menarik yakni di desa Jrahi dipimpin oleh kepala desa yang beragama Kristen, dan sebelumnya kurang lebih 10 tahun kepala desanya beragama Budha, namun hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kerukunan umat beragama, belum pernah terjadi konflik antar umat beragama, interaksi sosial masyarakat terjalin dengan begitu selaras. Sehingga desa ini patut dijadikan contoh dalam hal kerukunan.
Berbicara mengenai kerukunan dan interaksi sosial antar umat beragama di desa Jrahi, hal menarik yang bermunculan yakni terdapat salah satu rumah yang berada di dekat tempat ibadah agama Budha yakni Vihara, dimana pemilik rumah adalah pemeluk agama Islam namun mereka tidak pernah merasa keberatan ketika ada kegiatan di Vihara hingga larut malam, contoh lain ketika warga Islam mengadakan pengajian maka dari agama yang lain akan turut serta membantu, gotong royong medirikan tenda, dan meminjam kursi dari tempat ibadah agama lain. Begitu pula sebaliknya dengan agama yang lain, ketika agama kristiani mengadakan natalan di Gereja, yang diundang tidak hanya jemaat kristen saja, tetapi juga mengundang tokoh-tokoh dari agama lain, hal ini terjadi karena masyarakat di desa Jrahi pada umumnya tidak memiliki fanatisme agama. Pada dasarnya perbedaan bukan halangan untuk bersatu dan melakukan kebaikan.
Adapun ritual yang melibatkan seluruh umat beragama untuk saling berinteraksi yakni di desa Jrahi setiap satu tahun sekali mengadakan pesta rakyat atau sering disebut kabumi (sedekah bumi) dari sini seluruh masyarakat Jrahi tanpa memandang agama apapun akan saling bergotong royong untuk memeriahkan acara tersebut, sebelum prosesi pesta rakyat biasanya satu hari sebelumnya diadakan doa lintas agama, begitu juga di desa ini selalu menjunjung tinggi kebudayaan dan tradisi jawa dimana pada malam jumat wage seluruh masyarakat di desa Jrahi mengadakan barikan yang dilaksanakan per dukuh, kegiatan barikan dilaksanakan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT , berdoa untuk selalu diberikan keselamatan, kesehatan, rezeki yang melimpah dan tolak bala dari mara bahaya, dari kegiatan inilah sebagai suatu simbol pengikat kerukunan antar umat beragama.
Selain interaksi sosial antar umat beragama yang terjalin dengan rukun, di desa Jrahi juga terdapat organisasi agama dan kepemudaan seperti IPNU-IPPNU yang mencakup pelajar islam NU, dan karang taruna yang mencakup sekelompok pemuda pemudi secara umum. Kegiatan-kegiatan penduduknya pun sangatlah beragam baik dari sosial maupun keagamaan. Kegiatan islami misal tahlilan, barzanji, pengajian, khatmil Qur’an dan lain sebagainya.
“Kerukunan umat beragama sangat menonjol di desa ini, karena kalau orang sudah mendalami ajaran agamanya masing-masing tentu mereka akan mengerti bahwa agama itu untuk kebaikan, tidak ada salah satu agamapun yang mengajarkan kekerasan, perpecahan dan konflik antar umat beragama, karena pada hakikatnya semua agama mengajarkan umatnya untuk hidup damai” ungkap Bapak Supardi, tokoh agama Islam desa Jrahi
Hidup Rukun, Hidup Makmur !