Mahasiswa IAIN Kudus Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Kelompok 9:
1. Yahya Agus Bahadur (2030110085)
2. Sausan Bilqis Khonsa (2330110081)
3. Muhammad Daniyal Armiya (2330110095)
4. Royhaan Ahmad Nur Hidayah (2330110114)
Secara umum, seorang introvert adalah seseorang yang lebih suka menghabiskan waktu sendiri atau dalam kelompok kecil daripada berinteraksi dalam situasi sosial yang besar dan ramai. Mereka cenderung lebih sensitif terhadap rangsangan sosial dan sering merasa energi terkuras setelah berinteraksi dengan orang banyak atau dalam situasi yang ramai.
Introvert cenderung lebih suka refleksi dalam, memiliki waktu untuk diri sendiri, dan cenderung memproses informasi secara mendalam. Mereka sering memiliki kegiatan yang lebih bersifat individual seperti membaca, menulis, atau merenung. Ini bukan berarti bahwa introvert tidak mampu berinteraksi sosial atau tidak menyukai perusahaan orang lain, tetapi mereka cenderung memilih interaksi yang lebih dalam dan berarti dengan orang-orang terdekat mereka.
Ada banyak faktor yang membuat seseorang menjadi introvert, akan tetapi yang lebih berpengaruh besar yaitu faktor gen dan lingkungan seseorang. Gen berkaitan dengan keturunan, seseorang dengan kepribadian introvert biasanya salah satu atau kedua orang tuanya juga berkepribadian introvert walaupun hal ini tidak mutlak. Banyak juga orang tua yang ekstrovert lalu anaknya introvert atau sebaliknya. Sedangkan faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Seseorang dengan kepribadian ekstrovert ketika di rumah bisa berubah menjadi introvert ketika di sekolah atau saat bergaul dengan teman-temannya. Pengaruh lingkungan ini termasuk pengalaman yang dialami. Pengalaman bullying, tidak diterima lingkungan, dimanfaatkan oleh lingkungan dan sebagainya bisa membuat seseorang menjadi introvert.
Adapun beberapa dalil Al-Qur’an yang berkaitan dengan sikap introvert seseorang, antara lain dalam surat Al- Hujurat ayat 13 yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”
Ayat diatas adalah dalil bahwa umat Islam harus memiliki kepekaan sosial. Saling kenal mengenal antar suku, etnis, dan agama. Tanpa ada sekat perbedaan warna kulit, asal, maupun akidahnya.
Adapun dalil lain yang berkaitan tentang sikap introvert yang bisa merubah ialah dirinya sendiri, yang di terangkan dala surat Ar-Ra’du ayat 11 yang berbunyi :
هٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ١١
Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Meskipun istilah “introvert” tidak secara langsung dibahas dalam Al-Qur’an, prinsip-prinsip seperti introspeksi, kontemplasi, kesederhanaan, dan kesadaran diri dapat ditemukan dalam ajaran Al-Qur’an. Meskipun sikap introvert dapat berbeda dari individu ke individu, Al-Qur’an mengajarkan pentingnya mencari keseimbangan antara kesendirian dan keterlibatan sosial serta menekankan nilai-nilai seperti kesantunan, kehormatan diri, dan malu, yang juga relevan dalam konteks sikap introvert.