Disebabkan melejitnya harga kedelai, sejumlah pabrik tahu di Pati mulai alami kerugian. pasalnya, perajin tidak berani menaikkan harga dikarenakan takut ditinggal konsumen, walau sebenarnya cost produksi makin meningkat. di kuatirkan bila situasi ini berlarut, pembuat tahu dapat gulung tikar.
Sejumlah perajin tahu di desa Blaru kecamatan Pati kota mengeluhkan kenaikan harga kedelai yang sekarang ini menembus Rp 9.000,-/kg. Jayadi, perajin tahu di desa Blaru menyebutkan, kenaikan harga kedelai telah berlangsung sejak sebelum saat lebaran. dia menuturkan, harga kedelai terus merangkak dimulai dari Rp 6. 800, Rp 7. 000, Rp 8. 000 sampai saat ini Rp 9 ribu.
Dia memperkirakan penyebab naiknya harga kedelai tersebut dikarenakan pemasok juga menaikkan harga. sesaat sampai sekarang ini, perajin tidak berani menaikan harga. ”kami tidak berani menaikkan harga tahu, ” tuturnya, tempo hari.
Terlebih kenaikan harga kedelai itu sudah merubah omzet yang didapat. tiap-tiap hari, ia memasak tahu sampai 30 kali. serta setiap saat memasak ia alami kerugian lebih kurang Rp 10 ribu. hingga didalam 1 hari rata-rata Jayadi alami kerugian sampai meraih rp 300 ribu.
meski alami penurunan omzet, dia juga tidak mengecilkan ukuran tahu. tahu yang dijualnya tetap terus dengan ukuran yang sama juga dengan pada mulanya. kedelai yang jayadi peroleh adalah kedelai impor dari china. melemahnya nilai ganti rupiah yang menembus rp 11 ribu per satu dolar as mengakibatkan harga komoditas impor menjulang tinggi. ”rencananya kami dapat menaikkan harga bila omzet terus merosot, ” jelas jayadi.
dia mengharap pemerintah lakukan langkah untuk menstabilkan harga. ”kami mengharapkan pada pemerintah supaya membuat perlindungan nasib perajin tahu. dikarenakan di kuatirkan perajin bisa gulung tikar, ” urainya.
sumber: murianews