Julia Eka E., Kinanthi D., Nabilla A.P.S., A. Luqman S.
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang
Desa Sonokulon adalah suatu kelurahan yang berada jauh dari Kota Blora . Letaknya yang begitu jauh dan sering diabaikan oleh pemerintah sehingga desa ini kurang mendapat perhatian dari awak media. Akses transportasi menuju Desa Sonokulon yang kurang memadai karena minimnya transportasi umum yang ada di desa tersebut.
Goa Terawang, Tempat Wisata di Blora
Ada sebuah tradisi unik di Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora. Orang-orang biasa menyebutnya dengan sebutan “Lamporan” atau “Grebek Suro”. Tradisi ini dilakukan pada satu suro, dan uniknya untuk penetapan satu suro di setiap desa itu berbeda-beda sesuai dengan leluhur yang ada di desa tersebut. Tradisi itu dilakukan dengan berjalan beramai- ramai atau arak-arakan mengelilingi desa membawa obor. Sepotong bambu yang didalamnya terdapat kain yang sudah dicelupkan dengan minyak tanah dan dibakar.
Tradisi ini turun temurun dari nenek moyang mereka. Warga sekitar mempercayai tradisi Lamporan itu dapat mencegah musibah atau warga Todanan menyebutnya tolak bala. Pada awalnya tradisi ini diperuntukkan bagi warga yang memiliki hewan ternak. Seiring berjalannya waktu diikuti oleh warga lain, sehingga banyak warga yang ikut berpartisipasi.
Kegiatan Lamporan Mengelilingi Desa Sonokulon
Tradisi ini dilakukan selama 7 hari berturut turut. Hari pertama sampai ke enam, para warga melakukan arak-arakan yang dilakukan setelah sholat isya. Pada hari ke 7 atau malam puncaknya, para warga mengadakan ritual besar. Didalamnya terdapat tari jaranan dan barongan. Barongan adalah kesenian dari Blora yang wujudnya menyerupai singo barong. Ada juga atraksi yang dilakukan oleh profesional. Malam itu berjalan sangat meriah, warga sangat antusias menonton dan ikut serta dalam acara itu. Bahkan warga dari desa lain pun ikut menyaksikannya.
Setelah acara itu berlangsung, tepat pukul 12 malam barongan mulai mengelilingi desa dan mengambil persembahan yang sudah disiapkan para warga berupa beras dan uang. Mulanya sebelum barong mengambil persembahan ia mengelilingi rumah warga satu persatu. Namun sekarang barong hanya mengambil persembahan tanpa mengelilingi rumah warga satu persatu.
Sampai saat tradisi itu masih dilakukan oleh warga sekitar dan masih dilestarikan sampai sekarang. Bahkan banyak generasi muda yang ikut serta dalam tradisi tersebut.