Kisah Sedih Ramadan, Dibalik Banjir Sampang Pati
PATI, PATINEWS.COM
Sudah beberapa hari ini banjir menggenangi beberapa kecamatan di Pati, Jawa Tengah. Salah satunya di Dukuh Sampang, RT 03/02, Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati. Menurut penuturan Karti (75) banjir di Dukuh Sampang mulai terjadi pada Jumat (15/3/2024).
_Mbah_ Karti hidup sebatang kara alias tidak bersama suaminya sedangkan anaknya sudah meninggal. Rumah yang ia tempati merupakan milik orang lain yang merantau ke Jakarta. Ia merasa sedih bulan Ramadan saat ini berbeda dengan bulan Ramadan pada bulan-bulan sebelumnya.
“Untuk makan sahur biasanya saya _ngecupke_ magic com yang ditaruh di atas meja. Sedangkan lauk seadanya, kalau adanya sambel ya dimakan sambel, kalau ada _jangan_ ya dimakan _jangan,_ _sak-sak e_,” ujar _Mbah_ Karti kepada Patinews pada Senin (18/3/2024).
Ia mengaku, soal makan sahur dan berbuka dengan makanan seadanya. Pada bulan Ramadan sebelumnya kondisinya cukup kondusif. Umat muslim di Dukuh Sampang bisa menjalankan ibadah puasa secara normal.
“Sekarang ya _sak-sak e,_ Mas. Dulu ada es waktu berbuka. Karena kondisinya seperti ini, sekarang saya hanya berharap pada orang-orang yang ingin memberi beras untuk saya masak. Susah, Mas, _lha wong mlampah mboten saget,”_ jelasnya.
Ia berharap banjir segera surut agar bisa beraktivitas seperti sedia kala. Ia merasa gusar setiap hari hanya bisa duduk termenung di kursi kayu di teras rumahnya.
Hal senada juga diungkapkan Lestari seorang warga Dukuh Sampang dan tetangga _Mbah Karti._ Dengan adanya banjir aktivitas menjadi sangat terbatas, apalagi waktu makan sahur dan berbuka. Ia harus memasak dalam keadaan air menggenangi seisi rumahnya.
_“Pokoknya_ kalau ada kursi atau meja yang tinggi dipakai untuk _ngecupke_ magic com untuk memasak nasi. Sekarang masih _mending_ masih ada magic com, dulu malah pakai pawon,” katanya
“Kalau buka ya begini, kaki terendam banjir sambil makan berdiri atau kalau ada meja atau kursi yang tinggi dibuat duduk. Soalnya meja dan kursi dipakai untuk menaruh barang-barang penting lainya,” tambahnya.
Terkait pelaksanaan salat tarawih di sana berjalan normal di tengah kondisi tidak normal karena banjir. Masjid yang terletak di Dukuh Sampang tersebut masih bisa dipakai untuk salat lima waktu dan salat tarawih.
“Alhamdulillah kalau salat tarawih masih berjalan seperti biasa, karena airnya tidak sampai masuk masjid,” ungkapnya.
Saat ditanya keluh kesah puasa Ramadan di tengah banjir, Lestari mengatakan tidak begitu risau karena banjir yang terjadi di wilayah Dukuh Sampang dan sekitarnya sudah terjadi dari zaman sejak ia kecil. Namun, ada sedikit kendala yang dihadapi Lestari dan warga lain yang terdampak banjir, seperti mobilitas atau aktivitas menjadi terbatas bahkan kesulitan. Apalagi untuk menjalankan salat lima waktu.
“Ya begini, Mas, ada susah dan sedihnya. Biasanya _poso kepenak dan blonjo kepenak,_ sekarang susah _blonjo_ buat sahur dan berbuka,” pungkasnya.
(Ahmad Solkan)