Pesanan Kue Nastar Buatan Lapas Pati Meningkat Tajam Menjelang Idul Fitri
PATI, PATINEWS.COM
Menjelang perayaan Idul Fitri tahun 1445 H, Lapas Kelas 2B Pati menjadi saksi akan fenomena menarik: penjualan kue nastar yang melonjak drastis. Tidak tanggung-tanggung, penjualan kue nastar hampir mencapai 10 kali lipat dari hari-hari biasa. Salah satu pemesan terbesar adalah kantor BNPT Bogor yang memesan hampir 300 toples kue nastar.
Eko Budi Hartanto, Kasibinadik Lapas Kelas 2B Pati, menyatakan bahwa pesanan kue nastar terus mengalir, bahkan hampir mencapai 1500 toples berdasarkan data list di Lapas Pati. Hal ini membawa kebahagiaan bagi para warga binaan Lapas Pati yang menjadi produsen kue-kue tersebut.
Menariknya, kue nastar yang diproduksi berasal dari para warga binaan Lapas Pati yang telah mendapatkan pelatihan khusus dalam pembuatan kue dan roti melalui BLK (Balai Latihan Kerja). Para warga binaan ini sebagian besar telah bersertifikat dari BLK, sebuah bukti nyata dukungan penuh dari Kepala Lapas dalam program rehabilitasi yang mereka jalani.
Lebih mengejutkan lagi, salah satu eks narapidana kasus teroris ternyata berhasil mengembangkan usaha roti di daerah Lampung setelah menjalani program di Lapas Pati. Ini adalah bukti nyata bahwa program rehabilitasi yang dilakukan oleh Lapas Pati bukan hanya sekadar wacana, namun menghasilkan dampak yang signifikan dalam membantu para narapidana untuk kembali ke masyarakat dengan keahlian baru dan kemandirian ekonomi.
Proses pembuatan kue nastar sendiri membutuhkan beberapa bahan utama seperti butter, gula halus, kuning telur, terigu, susu bubuk, maizena, serta selai nanas untuk isian. Langkah-langkahnya pun cukup sederhana, dimulai dari pengocokan butter, gula halus, dan kuning telur hingga merata, kemudian ditambahkan terigu, susu bubuk, dan maizena, dan diakhiri dengan pengisian selai nanas yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu, kue dipanggang selama 40 menit, dan kue nastar siap disajikan atau dipacking sesuai kebutuhan.
Kisah sukses dari Lapas Kelas 2B Pati tidak hanya tentang peningkatan produksi kue nastar menjelang Idul Fitri, tetapi juga tentang kesempatan kedua bagi para narapidana untuk memulai hidup baru dengan keahlian yang mereka miliki. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak lembaga pemasyarakatan lainnya untuk lebih giat dalam memberikan pelatihan dan dukungan kepada para narapidana agar mereka dapat kembali menjadi anggota produktif dalam masyarakat.
(*)