Pentingnya Komunikasi bagi Warga Binaan: Kisah Seorang Perempuan di Rutan Rembang
Komunikasi menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan warga binaan di Rutan Kelas IIB Rembang. Hal ini diungkapkan oleh salah satu warga binaan wanita yang telah menjalani masa tahanan selama dua tahun. Dalam wawancara yang dilakukan, ia menceritakan pengalaman serta tantangan yang dihadapinya dalam menjalin komunikasi, baik dengan petugas, sesama warga binaan, maupun keluarga. Warga binaan tersebut mengungkapkan bahwa dirinya jarang berkomunikasi dengan sesama warga binaan karena keterbatasan jarak. “Biasanya saya ngobrol dengan ibu-ibu petugas saja. Kalau sama sesama warga binaan, susah karena jaraknya jauh,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa perbedaan peran antara petugas dan warga binaan menciptakan jarak emosional. “Kita kan nggak bisa terlalu terbuka sama ibu petugas. Nggak seperti sama teman sendiri,” tambahnya. Komunikasi dengan keluarga dilakukan melalui telepon atau kunjungan langsung (besukan). Meskipun telepon sering dilakukan, kendala biaya menjadi penghalang. “Kalau telepon tergantung pulsa. Biasanya 10 menit untuk Rp10.000, kalau Rp15.000 bisa 15 menit,” jelasnya. Untuk kunjungan, waktu yang tersedia juga terasa terbatas. “Keluarga saya membesuk cuma sebulan dua kali, dan waktunya pendek. Rasanya masih kurang,” ungkapnya dengan nada sedih.
Menurutnya, komunikasi sangat penting untuk mengurangi stres dan rasa kesepian. “Kalau komunikasinya lancar, rasanya lebih semangat dan tenang. Tapi kalau kurang lancar, jadi sedih,” tuturnya. Ia juga bercerita bahwa ada beberapa petugas yang bersedia mendengarkan keluhannya, yang sangat membantu dalam meringankan beban emosional. Warga binaan ini berharap agar komunikasi dengan keluarga dapat lebih sering dilakukan. Ia juga menginginkan adanya fasilitas panggilan video dengan biaya lebih terjangkau, seperti yang pernah ada sebelumnya. “Dulu ada panggilan gratis sampai 1,5 jam. Sekarang lebih susah karena biaya,” kenangnya.
Ketika ditanya apakah ada perubahan pola komunikasi dibandingkan sebelum masuk Rutan, ia mengaku bahwa hidup di dalam Rutan membuatnya lebih menghargai momen berkomunikasi. “Kalau di rumah kan bisa ngobrol kapan saja. Tapi di sini, semuanya harus direncanakan. Jadi rasanya ngobrol itu susah-susah gampang,” katanya.
Komunikasi, menurutnya, adalah jembatan untuk tetap merasa terhubung, baik dengan dunia luar maupun orang-orang di sekitarnya. Ia berharap agar lebih banyak peluang untuk berbicara dengan keluarga, sehingga rasa rindu dan beban psikologis dapat terkurangi. Ini menggarisbawahi pentingnya komunikasi sebagai bagian dari kebutuhan psikososial warga binaan di Rutan, serta bagaimana hambatan komunikasi dapat berdampak pada kesejahteraan emosional mereka.
Dari sisi petugas, ada pandangan yang berbeda terkait komunikasi di dalam rutan, khususnya antara lawan jenis. Petugas mengungkapkan bahwa komunikasi antar lawan jenis dikhawatirkan dapat disalahgunakan. “Bukan suatu peraturan kalau harus komunikasi dengan lawan jenis. Malah itu justru larangan, takutnya nanti terjadi apa-apa,” ujar salah satu petugas. Dulu, ketika jumlah warga binaan perempuan masih lebih banyak, komunikasi di blok lebih leluasa, sehingga mereka tidak merasa kesepian.
Petugas juga menekankan pentingnya membuka diri untuk menerima keluhan warga binaan. “Kami sebagai petugas bebas mendengarkan dan memberikan solusi, setidaknya bisa mengurangi beban permasalahan mereka,” tambahnya. Namun, mereka mengakui bahwa sifat dan karakter petugas berbeda-beda, yang bisa memengaruhi bagaimana warga binaan merasa nyaman untuk berbicara.
Petugas juga menyadari bahwa kesepian dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan warga binaan. Untuk itu, beberapa langkah diambil untuk mengurangi rasa kesepian, seperti memperbaiki televisi yang sebelumnya rusak. “Mungkin dia merasa kesepian karena dia cuma satu-satunya di sana kan, dan tidak ada yang bisa diajak bicara sama sekali. Sekarang sudah ada TV, dulu TV-nya itu rusak waktu di blok masih ada banyak, tapi semenjak cuma ada dia, TV-nya diperbaiki supaya dia tidak kesepian sebagai pengganti teman ngobrol,” ungkap petugas.
Komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi warga binaan, baik untuk menjaga kesehatan mental maupun mengurangi rasa kesepian. Hambatan komunikasi, seperti keterbatasan fasilitas dan waktu, dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan emosional mereka. Dengan dukungan dari petugas serta peningkatan fasilitas komunikasi, diharapkan kebutuhan psikososial warga binaan dapat terpenuhi dengan lebih baik, sehingga mereka dapat menjalani masa tahanan dengan lebih tenang dan terhubung.
DOKUMENTASI