JAKENAN, PATINEWS.COM
Geliat UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dapat menggerakkan kembali roda perekonomian di era new normal seperti sekarang. Pelaku usaha mikro bisa tetap beraktivitas dan bertahan di tengah pandemi walau sempat mengalami penurunan. Kamis (5/11), Inayah (21) yang merupakan salah seorang mahasiswi KKN UIN Walisongo Semarang mendatangi UMKM pembuatan bubur bayi, yakni di desa Dukuhmulyo RT 01 RW 02 Jakenan Pati, Jateng.
Bisnis bubur bayi ini dikenal dengan nama Bubur Tim Bunda. Dioperasikan oleh seorang ibu rumah tangga yang dibantu saudaranya, hingga kemudian menjadi bisnis keluarga. Pemilik usaha yang bernama Yani (37) telah merintis usaha ini sejak 6 tahun yang lalu. Berawal dari keinginannya untuk menciptakan lapangan kerja sekaligus kegiatan sampingan bagi para tetangga, khususnya ibu rumah tangga. Kini ia memiliki 30 karyawan dalam memasarkan produknya.
Pembuatan bubur dilakukan pada tengah malam hingga pukul 03.00 dini hari. Bahan-bahan yang diperlukan disiapkan terlebih dahulu pada siang harinya. Untuk menu yang disajikan tiap hari bervariasi.
“Menu setiap hari ganti, Senin menunya beras merah, daging sapi, wortel. Selasa menunya kembang kol, ayam, seledri, wortel. Menu hari Rabu itu brokoli, daging, wortel. Kamis menunya jagung manis, keju, wortel. Menu hari Jum’at sama dengan menu hari Senin. Menu hari Sabtu sama dengan hari Kamis dan menu hari Minggu itu kacang ijo, ayam, seledri, wortel,” jelas Mbak Yani.
Bubur Tim Bunda diperjualbelikan mulai pukul 06.00-08.00 pagi. Penjualan dilakukan di beberapa wilayah, diantaranya di pasar Jakenan, pasar Winong dan pasar Puri. Pemasaran juga dilakukan di luar kota Pati, yakni di daerah Lasem dan Rembang. Setiap karyawan menata stand jualan di satu tempat menggunakan satu set meja, kursi dan banner. Pembeli dapat meminta harga pembelian sesuai keinginan, dengan minimal pembelian Rp2.500/cup ukuran 8oz.
Dalam satu hari, Bubur Tim Bunda mampu memproduksi bubur hingga menghabiskan 50 kg beras. Omzet yang diperoleh yaitu pada kisaran Rp 2-3 juta/hari.
“Sempat mengalami penurunan pada saat lockdown, tapi Alhamdulillah sekarang sudah stabil,” tutur Mbak Yani.
Mbak Yani memilih bisnis bubur bayi karena menurutnya, peluang usaha terbuka cukup lebar. Bubur merupakan makanan pokok bagi bayi yang akan terus dicari. Selain praktis dan sehat karena menggunakan bahan alami dan tanpa pengawet, konsumen yang bayinya sudah cocok dengan rasa bubur yang dimakan, akan kembali membeli secara terus-menerus kemudian menjadi langganan.
Pada awal-awal usaha berjalan, terdapat beberapa kesulitan yang dialami. Mbak Yani mengaku sempat kesusahan mencari tempat berjualan. Ia melakukan survei di beberapa wilayah yang potensial dan memiliki peluang. Mbak Yani juga mengaku kesusahan mencari karyawan. Mayoritas mata pencaharian tetangga sekitar sebagai petani menjadikan waktu yang mereka miliki lebih banyak dihabiskan untuk mengelola sawah. Kemudian karena jam kerja yang ditawarkan Bubur Tim Bunda adalah pada pagi hari saja, para tetangga mulai tertarik dan menjadikan jualan bubur sebagai pekerjaan sampingan untuk menambah pemasukan.
Endah (24), salah seorang karyawan mengungkapkan, “Sebagai IRT, dampak dari adanya lapangan pekerjaan ini saya jadi punya penghasilan tetap dan bisa membantu suami. Sedangkan untuk orang sekitar, sangat bermanfaat dalam membantu perekonomian mereka,”.
Terdapat dua hal yang ingin diwujudkan dan masih diupayakan oleh Mbak Yani, yakni mematenkan nama Bubur Tim Bunda sebagai brand usaha dan mengajukan sertifikasi halal untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada kemasan produk.
(Inayah M. Nikmah)