PATI, PATINEWS.COM – Pegunungan Kendeng mencuat namanya ketika terjadi problem yang begitu menghangatkan masyarakat, desas-desus akan dibangunya Pabrik Semen menjadi isu yang menyeramkan bagi masyarakat sekitar Pegunungan.
Tentu saja, karena manfaat Pegunungan Kendeng itulah yang menjadikan masyarakat rela berjuang hingga titik darah penghabisan.
Meninggalkan konflik tersebut, mari kita lebih sadar memanfaatkan Pegunungan Kendeng lebih sesuai dengan fungsinya.
Seperti yang disampaikan Krisno, pemrakarsa Bukit Santamulya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bukit Pandang ini menyampaikan pada saat Mahasiswa STIBI Syekh Jangkung berdiskusi beberapa waktu lalu, “Pegunungan Kendeng, selain bermanfaat, juga banyak nilai sejarah yang ada didalamnya,”katanya.
Pegiat Kendeng yang juga merupakan seorang seorang Pendidik, tepatnya, Guru Sejarah, “bisa kita perhatikan, sambil menunjukkan eksotisme pegunungan kendeng yang membujur, di Pegunungan Kendeng ini banyak spesies satwa yang menghuni, 30 jenis pepohonan yang masih terjaga kelestarianya,” terang Pak Kris, begitu masyarakat setempat mengenalnya.
“Selain sungai bawah tanah, sumber mata air dan puluhan bahkan ratusan gua-gua yang ada, Kendeng juga menyimpan banyak sejarah yang tidak boleh hilang juga,” tuturnya.
Lanjut, Pak Kris, di Kendeng itu dulunya ialah lokasi yang sangat strategis, karena bersebelahan dengan selat muria, Kendeng menjadi daratan yang paling terlihat, kendeng menjadi roda perekonomian bagi masyarakat, misalnya, di Prawoto dulu ada pasar yang besar, ada lagi, kisah Prabu Angkling Dharma bahkan tempat dimana tentara-tentara Belanda bersembunyi menysusun strategi, tuturnya, sewaktu Mahasiswa STIBI Syekh Jangkung berdiskusi di Bendungan Terpus, Kayen.
Sementara, di Sukolilo, sejarah tentang Mataram juga diulas oleh Ali Zuhdi cucu ke V dari makam pandawa, ia menceritakan bagaimana kedatangan para tentara Mataram yang membuat acara yang sama seperti di Surakarta yakni Tradisi Meron(ramene tiron-tiron) yang sering digelar pada 12 maulud tahun hijriyah, Kendeng menjadi tempat persinggahan istimewa bagi prajurit mataram kala berhasil menaklukkan, Kadipaten Pati(red:sekarang Kabupaten) semasa dipimpin oleh Adipati Pragala.
Dan Krisno juga berpesan, seperti pepatah, tak kenal maka tak sayang, begitulah, mari kita kenali Kendeng lebih dalam dan rawatlah apa yang didalamnya, terlebih juga sejarahnya untuk kita kenalkan pada anak cucu kita.
Bisa disimpulkan, bahwa panorama dan kekayaan alam Pegunungan Kendeng sangat bermanfaat, tidak hanya dari alamnya, melainkan dari segi sejarah dan pariwisatanya. Dan sekarang juga banyak tempat wisata yang di ‘gandrungi’. Semisal, Bukit Pandang, Lorodan Semar ataupun yang lainya kini menjadi tempat wisata paling disorot.
Apalagi dengan adanya kampus STIBI Syekh Jangkung yang berada di Kayen(dekat RSUD Kayen) kini menambah manfaat, kampus yang memiliki prodi Sejarah Kebudayaan Islam, menjadikan area Pati Selatan lebih memiliki warna baru dalam dunia pendidikan di Kabupaten Pati. Tentunya, kalau anda kuliah di STIBI Syekh Jangkung, anda akan menikmati suasana indah Pegunungan kendeng yang menyita mata anda untuk ingin selalu melihatnya.
Berikut Video eksplore Mahasiswa STIBI Syekh Jangkung, yang menelusuri indah bebatuan karst.
.(PN/udin)