Oleh Ali Musyafak
Kepala MTsN 1 Pati
Menyelenggarakan sebuah lomba itu biasa, biasa untuk mencari para pemenang dan juara yang akhirnya membanggakan dan menjadi prestise bagi peserta dan penyelenggara. Namun berbeda dengan lomba KMSI yang diselenggarakan di MTsN 1 Pati kali ini, di samping menjadi prestise dalam mencari juara, ada nilai lain yang dapat saya ambil pelajarannya, yaitu sebagai sarana toleransi dan penguat moderasi antar umat beragama dalam kebhinekatunggalikaan.
Ahad adalah hari libur bagi MTsN 1 Pati. Tetapi kali ini, di tanggal 17 September 2023 tidak ada kata libur bagi MTsN yang ada di pelosok Desa Pekalongan, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Pasalnya ratusan mobil mewah mejeng parkir di halaman madrasah yang bersih dan asri. Para driver pun sibuk menurunkan penumpangnya atau anak-anaknya, baik yang driver pribadi maupun dari lembaga sekolah. Selanjutnya, mereka menuju posisi masing-masing, yang driver duduk santai di teras dan halaman madrasah, sementara anak-anak bergegas menuju indoor madrasah untuk melakukan daftar ulang.
Rupanya Ahad ini merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh sekolah/madrasah, anak- anak, dan para orang tua wali murid, karena hari ini adalah hari dilaksanakannya lomba KMSI.
KMSI adalah even lomba Kompetisi Matematika, Sains, dan Bahasa Inggris yang diselenggarakan secara nasional di berbagai titik tempat penyisihan oleh Yayasan Intan Mutia, Batu, Malang, Jawa Timur, di bawah pimpinan Bapak Mochammad Ali Yasin. MTsN 1 Pati kebagian jatah sebagai Rayon Penyelenggaraan Babak Penyisihan untuk Rayon Pati dan sekitarnya.
Tahun 2023 merupakan tahun kedua MTsN 1 Pati dipercaya untuk menjadi salah satu Rayon penyelenggara, setelah di tahun 2022 lalu, MTsN 1 Pati dinobatkan sebagai Rayon Pelaksana Penyisihan Terbaik se-Indonesia, yang ending-nya satu tiket diberikan kepada ketua penyelenggaranya liburan ke Singapura.
Bak mengulang kesuksesan, di pelaksanaan KMSI Rayon Pati tahun ini, diikuti lebih banyak pesertanya dari tahun sebelumnya. Tidak hanya banyak pesertanya tetapi jumlah lembaga yang mengikutinya juga semakin banyak dan bervariasi, baik dari MI/ SD, MTs/ SMP baik dari lembaga umum, islam terpadu, sampai ke lembaga non-muslim pula. Lengkap rupanya, peserta KMSI yang ada di Rayon Pati baik dari segi ras, agama, dan jenjang pendidikan. Inilah yang saya anggap KMSI di MTsN 1 Pati sebagai sarana toleransi dan penguat moderasi antar umat beragama dalam kebhinekatunggalikaan.
Dalam pelaksanaannya, semua tamu yang hadir dilayani dengan sepenuh hati dan tidak membedakan asal sekolah, asal daerah, dan asal agama, karena mereka mempunyai tujuan yang sama. Dalam acara pembukaan diawali dengan berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing- masing, dilanjutkan dengan penampilan wayang kulit dengan dalang ciliknya Ki Hafiz. Wayang kulit dengan seperangkat alat musiknya adalah sebuah budaya Jawa yang harus dilestarikan, karena itu merupakan kekayaan budaya Indonesia. Dalang adalah sebuah profesi unik dan luar biasa yang tidak banyak dimiliki oleh banyak orang, apalagi dalang cilik, mungkin hanya beberapa madrasah/sekolah yang memiliki.
Setiap tamu yang hadir juga disambut oleh alat musik angklung yang sangat indah iramanya dan enak dinikmati. Di saat istirahat para tamu pun dihibur dengan lagu-lagu modern, pop, keroncong, sholawatan, dan lain-lain. Di saat waktu shalat dzuhur, para peserta pun diberi kesempatan untuk berjamaah bagi yang muslim, dan yang non-muslim pun tetap menghormatinya. Jadi menurut saya, semakin nampak rasa toleransi dan moderasi beragamanya dalam kegiatan tersebut.
Saya sempat berbincang dengan salah satu peserta dari SMP Kanisius Juwana. Menurut dia, sekolahnya sangat senang terhadap lomba-lomba atau olimpiade, terutama yang bergengsi. KMSI ini dianggap salah satu event bergengsi sehingga sekolahnya dan ia sangat tertarik untuk mengikutinya.
Saat saya tanya, apa tidak masalah mengikuti kegiatan di sekolah islam?
“Oh No. Kami tidak pernah membedakan siapa dan di mana diselenggarakan kegiatan, asal kegiatannya bermanfaat dan bergengsi tetep kami ikuti,” kata Maria salah satu Guru Pendamping dari SMP Kanisius Juwana.
“Bahkan saya merasa heran, ternyata di pelosok desa ini ada sekolah yang luar biasa bagusnya, luar biasa prestasinya, asri, sejuk, bersih, sarananya tertata rapi, dan warganya ramah-ramah. Bak sekolah favorit yang ada di kota besar. Jadi no problem, yang penting kita mengejar prestasi. Terima kasih kepada MTsN 1 Pati yang telah membuka diri menjadi tuan rumah penyelenggara babak penyisihan KMSI, sehingga kami tidak perlu mengikuti penyisihan ke tempat yang jauh, Semarang, misalnya,” tutup Maria.
Integrasikan Project P5PPRA dengan Tema Kewirausahan
Tidak hanya sarana toleransi dan penguat moderasi, ternyata melalui lomba KMSI di MTsN 1 Pati ada sisi lain bagi pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yaitu praktik project P5PPRA dengan tema kewirausahaan dimensi gotong royong dan kreatif.
Di bawah bimbingan guru penanggung jawab ibu Indri dan ibu Esmi, para siswa kelas 8 digiring untuk melakukan kegiatan projek kewirausahaan. Mereka dengan sangat antusias dan senang menyajikan makanan ringan dan minuman sehat untuk dijajakan saat kegiatan KMSI.
Luar biasa sambutan siswa, setiap kelas mereka membuat komunitas masing-masing dan siap beraksi melakukan usaha bak kantin madrasah. Di luar ekspektasi, semua jajanan yang disediakan laris terjual, bahkan mereka harus membeli bahan kembali karena permintaan meningkat. Di akhir kegiatan mereka berdiskusi untuk menyampaikan proses wirausahanya, mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan laporan akhirnya.
Alhamdulillah, dari segi ekonomi mereka belajar mendapatkan uang dengan cara halal, dari segi sikap mereka mulai belajar berkreasi, bergotong royong, mandiri dan saling menghargai, dari segi sosial mereka belajar melayani dengan sepenuh hati, tanpa mikir siapa yang dihadapi.
Alhasil, kegiatan KMSI di Rayon MTsN 1 Pati ini benar-benar membawa berbagai manfaat, baik manfaat dari esensi lomba itu sendiri sebagai ajang melatih kemauan, kemampuan, dan keberanian menghadapi permasalahan, yang akhirnya jika memperoleh juara itu harapan, namun jika belum beruntung tetap mendapatkan ilmu pengetahuan. Di samping itu, manfaat sampingan yang lebih besar yaitu melatih toleransi, moderasi, kebhinekatunggalikaan, dan kewirausahaan dalam berkreasi dan gotong royong.
Semoga dengan kegiatan ini, MTsN 1 Pati semakin barokah dan mbarokahi. Aamiin