TRANGKIL, PATINEWS.COM
Toleransi adalah sikap untuk saling menghargai dan menghormati setiap orang yang memiliki perbedaan pandangan, pendapat, kepercayaan, termasuk pula perbedaaan ras, suku, agama dan budaya, baik antar individu maupun antar kelompok demi terciptanya suatu kerukunan dan perdamaian.
Dalam artikel yang berjudul “Paradigma Fiqh Sosial KH MA Sahal Mahfudh dalam Menjawab Problematika Aktual Umat Di Indonesia” yang ditulis Moh Dahlan, KH MA Sahal Mahfudh berpendapat bahwa fiqh sosial bertujuan untuk mewujudkan persaudaraan, toleransi, kebersamaan, dan hidup berdampingan antar sesama anggota masyarakat baik dengan sesama muslim maupun dengan sesame anggota masyarakat non muslim. Meskipun ada perbedaan baik dari ras, suku dan agama, namun hal itu tidak berakibat munculnya suatu perpecahan, permusuhan dan perlawanan. Bahkan sikap saling melengkapi , saling bertoleransi dan saling peduli demi kemaslahatan bersama menjadi terbentuk dan memiliki kekuatan yang sangat kokoh. Ikatan persaudaraan yang kokoh ini mampu membendung pengaruh pengaruh negatif dari luar yang tidak sesuai dengan ajaran fiqih. Yang mana fiqh ini mengajarkan akan pentingnya persaudaraan, toleransi, kerukunan dan sekaligus mencegah lahirnya paham radikal dikalangan umat beragama.
Seperti halnya di Desa Tegalharjo, Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati, desa ini mungkin bisa dijadikan sebagai potret toleransi, karena di desa ini ada dua tempat ibadah, yaitu masjid dan gereja. Dan mayoritas penduduknya 85% menganut agama islam dan 15% menganut agama kristen. Namun perbedaan ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap saling menjaga toleransi, kerukunan dan silaturahmi.
“Toleransi di desa tegalharjo ini terbilang cukup baik mbak. Pasalnya perbedaan keyakinan ini bukan suatu alasan bagi kami untuk tetap hidup rukun, hidup berdampingan antar sesama anggota masyarakat. Misalnya saat ada pelaksanaan paskah atau perayaan hari natal, kami juga mengundang kepala desa untuk hadir, dan untuk masyarakat muslim juga pada berkunjung kerumah kami. Begitupun sebaliknya jika masyarakat muslim sedang merayakan hari idul fitri, kami juga berkunjung ke rumahnya. Semua ini kami lakukan untuk menjaga tali silaturahmi antar sesama dan untuk saling menghormati dan menghargai”. Ujar Ibu Sutris salah satu warga non muslim. Jum’at (13/11/2020)
Beliau juga menjelaskan bahwa toleransi di desa Tegalharjo ini terjalin dengan sangat baik dan rukun. Setiap ada kegiatan-kegiatan misalnya bersih desa, gotong royong, renovasi masjid, pembangunan pagar gereja, semua masyarakat tegalharjo ini berbaur menjadi satu tanpa pandang bulu. Dari kegiatan bersosial misalnya, apabila ada warga muslim sedang mengadakan acara di rumahnya, warga non muslim ini ikut membantu, ikut menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk berjalannya suatu acara begitupun sebaliknya. Dan apabila ada warga muslim yang meninggal, warga non muslim ini juga ikut bertakziah, ikut mengaji meskipun mereka hanya berdiam diri. Untuk hal ekonomi, mereka tetap melakukan jual beli tanpa pandang bulu, tanpa adanya suatu perbedaan. Dan mereka hidup berdampingan ini tanpa adanya batasan batasan. Selain itu dalam hal berorganisasi, masyarakat ini juga berbaur menjadi satu, misalnya pada organisasi di desa. Kepala desa tak hanya melibatkan orang muslim saja untuk berperan penting demi kemajuan desa, namun kepala desa juga melibatkan orang non muslim untuk ikut andil bekerjasama memajukan desa.
“Apabila ada peringatan natal atau paskah, Banser di desa Tegalharjo juga ikut berperan. Dimana para banser ini membantu keamanan yang ada digereja untuk menghindari terjadinya suatu keadaan yang tidak di inginkan dan untuk menghindari terjadinya terror dari luar” Ujar Bapak Wakijo dan Ibu Kanah salah seorang warga muslim. Jum’at (13/11/2020)
Toleransi merupakan suatu sikap yang sangat penting untuk bekal bermasyarakat. Karena toleransi menjadi salah satu pondasi atau kunci utama dalam hal memelihara kerukunan dan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat. Tak hanya itu saja, menghormati perayaan hari hari besar agama lain, bergotong royong untuk membangun tempat ibadah agama lain dan tidak saling membully atau mengejek agama lain, juga merupakan bagian dari toleransi antar sesama umat beragama. Apabila di negara ini minim sikap toleransi, maka akan muncul ancaman-ancaman, serangan dan permusuhan yang dapat menghancurkan bangsa ini.
Maka peran kita sebagai generasi milenial, sebagai generasi penerus bangsa adalah tetap melestarikan dan tetap menjaga kerukunan, kesatuan, persatuan dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi agar terhindar dari perpecahan antar umat beragama.
(*/ Siti Richa Oktamia)