Puasa Arafah, Meneladani Sifat Sabar Nabi Ibrahim
Pada hari ini Kamis, 30 Juli 2020 merupakan hari yang sangat bermakna. Bermakna bagi umat islam di seluruh dunia. Bermakna karena puasa hari Arafah ini bertepatan saat pandemi virus Corona.
Saatnya memaknai puasa hari Arafah dengan mengambil intisari kesabaran dan keikhlasan Nabi Ibrahim beserta keluarga termasuk Nabi Ismail.
Pahala berpuasa di hari Arafah
Banyak yang melaksanakan puasa sunnah. Berbagai keterangan pahala bagi yang berpuasa sudah diketahui. Hal ini diterangkan dalam hadist Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim, no. 1162)
Arafah adalah keyakinan Nabi Ibrahim ikhlas menuruti perintah Allah SWT
Kata Arafah bermakna keyakinan. Penamaan ini berhubungan dengan peristiwa nabi Ibrahim yang mendapatkan wahyu untuk menyembelih putranya melalui mimpi. Pada hari kesembilan pada bulan Dzulhijjah itulah Nabi Ibrahim ‘yakin’ bahwa mimpinya benar.
Kita sebagai umat islam bisa meneladani kesabaran Nabi Ibrahim. Sering kita mendengar tentang kisah kesabaran dan keikhlasan Nabi Ibrahim, istri dan putranya Nabi Ismail.
Nah seyogyanya kesabaran dan keikhlasan itu kita wujudkan dalam masa wabah virus Corona ini. Inilah momentum yang tepat di saat ‘ketidakpastian’ selesainya virus ‘mendunia’ ini.
Sabar dan ikhlas menjalani pandemi Corona
Cara agar sabar menghadapi pandemi Corona, yakni mengembalikan semua yang terjadi pada saat ini sebagai sebuah bentuk peringatan dini dari Allah SWT, bahwa kita ini tidak berarti apa-apa, kita ini lemah dan tidak berdaya tanpa perlindungan-Nya. Dengan konsisten bersikap seperti ini kita telah berusaha ikhlas menerima apapun dari Allah Allah SWT. Termasuk juga menjalani protokol kesehatan di masa pandemi Corona ini adalah bentuk kesabaran
Kenapa tetap bersyukur dimasa pandemi Corona ini ?
Meski kita masih dalam masa kesedihan virus corona, kita berusaha bersikap rela dengan ketetapan Allah SWT. kita instrospeksi diri dan tidak menyalahkan siapapun. Untuk bersikap seperti ini kita berusaha ‘menancapkan’ rasa syukur dalam hati. Rasa syukur ini akan mendatangkan ketenangan jiwa dan kesuksesan. Orang yang pandai bersyukur akan merasakan kedamaian dan kebahagian yang sesungguhnya. Menurutnya, orang yang senantiasa istighfar, sabar dan bersyukur akan melahirkan manusia sadar diri. Rasa syukur di tengah kesedihan seperti salah satunya saat Corona ini perlu kita terapkan mengingat pada hakikatnya kita masih diberi hidup, nafas, berfikir. Apalagi kita masih di beri keimanan. Itu semua adalah anugerah dari Allah SWT.
Kita mencoba meminimalisir sikap mengeluh apalagi buruk sangka pada yang lainnya. Alangkah lebih baiknya kita meningkatkan rasa syukur, sabar, ikhlas dan husnudzon.
Berdo’a berusaha tulus
Tanpa bermaksud ‘menggurui’ mari kita bersama merenungi dan memaknai hari arafah ini dengan berusaha bersikap baik, bersabar, bersyukur dan ikhlas. Ini sungguh sulit melaksanakannya. Jika kita yakin dan berusaha, Allah SWT akan memberi kita jalan. Mudah-mudahan dengan usaha dan do’a tulus, Allah SWT memberi kita hidayah, taufiq dan inayahNya. Mudah-mudahan dengan berpuasa di hari Arafah di saat virus Corona ini, Allah menerima ibadah kita. Dan kita selalu berdo’a mudah-mudahan virus Corona segera menghindar dari kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Ngemplak Kidul, 30 Juli 2020
Penulis : Imam Muhlis Ali, S.Pd.I