Pendampingan Remaja dalam Rehabilitasi Psikologis: Diskusi dari Anak PKL Mahasiswa Psikologi UMK di DinsosPermasdes Jepara
Oleh: Muhammad Iqbal Dwi Saxena
Perilaku kenakalan remaja mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Perilaku kenakalan remaja tidak hanya mencakup pelanggaran kriminal dan narkoba saja. Perilaku kenakalan remaja lainnya berupa pelanggaran status, pelanggaran terhadap norma maupun pelanggaran terhadap hukum. Pelanggaran status seperti lari dari rumah membolos dari sekolah, minum minuman keras dibawah umur, balapan liar dan lain sebagainya. Pelanggaran status seperti ini biasanya sulit untuk tercatat secara kuantitas karena tidak termasuk dalam pelanggaran hukum. Sedangkan perilaku yang menyimpang terhadap norma antara lain seks pranikah dikalangan remaja, aborsi remaja wanita, dan lain sebagainya. Jumlah perilaku tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi karena faktor individu semata, namun juga dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang ada di sekitar remaja. Faktor-faktor tersebut meliputi keluarga, lingkungan sosial, pergaulan, pengaruh media, serta faktor ekonomi dan budaya yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, penanganan terhadap kenakalan remaja memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak terkait.
Saya diberi kesempatan untuk ngikuti pendampingan disalah satu kasus kenakalan remaja yang ada di jepara. di sebuah lembaga yang fokus pada pendampingan remaja yang terlibat dalam Rehabilitasi, Perlindungan, dan Jaminan Sosial yang ada di jepara. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah ketika saya diperbolehkan untuk mengikuti pendampingan kelompok remaja yang sering terlibat dalam perilaku destruktif di Kota Jepara. Program ini bertujuan untuk membantu mereka mengubah pola pikir dan perilaku mereka melalui pendekatan psikologis dan edukatif.
Pada saat pertemuan pertama saya mencoba membangun raport dan mencoba mencairkan suasana dengan mengenalkan diri dan rekan saya agar membuat mereka merasa nyaman. Salah satu hal pertama yang saya pelajari adalah bahwa kebanyakan dari mereka mengikuti teman sebayanya dan dia hidup dalam tekanan dari teman temannya.
Saya dan rekan saya memulai dengan memberikan mereka ruang untuk berbicara tentang pengalaman hidup mereka tanpa merasa dihakimi. Kami juga memberikan mengajarkan berbicara yang lebih tenang untuk menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. Si A yang awalnya sangat keras kepala dan sering melawan selama sesi, mulai menceritakan bagaimana awal kejadian yang ia alami dan alas an si A melakukan hal tersebut. Dan setelan empat kali pertemuan selesai sudan pendampingan saya dan alas an ia melakukan hal tersebut tidak lain dan tidak bukan karena dari pergaulannya yang tidak sehat juga ia masih belum bisa mengontrol diri dia sendiri. Dan sekarang ia sadar bahwa tidakan tersebut bukanlah hal yang baik, sekarang si A sudah tidak bergaul dengan teman lamanya.
Psikologi menjelaskan bagaimana perubahan fisik, emosional, dan kognitif yang sangat signifikan di usia remaja sehingga sering digambarkan secara dramatis sebagaimasa stormand stress (Lerner,2008).
pembentukan kontrol diri yang baik pada remaja menjadi hal utama pada proses pendampingan. Terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku kenakalan remaja, semakin baik kontrol diri maka semakin kecil perilaku kenakalan remaja (Sartika, 2019).
Dari proses pendampingan tersebut dapat dikatakan bahwa pembentukan control diri dari masa remaja sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Dan pergaulan juga bisa sangat berdampak dan berbahaya pada anak remaja jika tidak didampingi dan diperhatikan oleh orang tuanya.