Optimalisasi Bonus Dimografi di Kabupaten Pati
Taukah teman teman semua, apa itu bonus demografi? Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana komposisi jumlah penduduk yang berusia produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif.
Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berada pada rentang umur 15-64 tahun. Dengan struktur penduduk seperti itu sangat menguntungkan dari sisi pembangunan, sebab jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sementara proporsi usia muda semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak.
Penyebabnya adalah Total Fertility Rate (TFR) atau angka fertilitas total yang terus menurun sehingga pertumbuhan penduduk terus berkurang.
Bagaimana mengoptimalkan Bonus Demografi?
Menurut data proyeksi penduduk tahun 2010-2035, penduduk Kabupaten Pati akan semakin meningkat setiap tahunnya. Secara proporsi penduduk usia kerja (15-64 tahun) justru meningkat dengan pesat.
Bertambahnya penduduk usia produktif akan berdampak positif bila mampu dioptimalkan, namun bila tidak segera diantisipasi maka akan berdampak negatif. diantaranya adalah bertambahnya kebutuhan pangan, kebutuhan akan sumber energi (ketersediaan listrik dan bahan bakar), kebutuhan air bersih, kebutuhan perumahan, kebutuhan sarana kesehatan, sarana pendidikan dan banyak hal yang lainnya.
Guru besar Ekonomi Kependudukan Universitas Indonesia Sri Moertiningsih Adioetomo mengungkapkan, “Pemerintah harus segera menata elemen-elemen penting jika ingin menikmati bonus demografi.” Antara lain, pertama, mencermati perubahan struktur penduduk. Kedua, menjaga kesehatan ibu dan anak. Ketiga, investasi bidang pendidikan. Keempat, kebijakan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja. Kelima, good governance serta prosedur tentang investasi.
Terakhir, pertumbuhan ekonomi yang dapat diindikasikan dengan jumlah produksi yang lebih besar terhadap tingkat konsumsi.
Sebelum kita bahas bagaimana optimalisasi bonus demografi, terlebih dahulu kita harus fahami ada tantangan yang harus dihadapi antara lain: (1) kualitas SDM Indonesia pada umumnya dan Pati secara khusus relatif masih rendah. Tahun 2018 pekerja di Kabupaten Pati didominasi pekerja dengan pendidikan SMP kebawah (72,42 persen). (2) ketimpangan gender masih tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) masih didominasi laki-laki. TPAK laki-laki sebesar 81,28 persen sedangkan TPAK perempuan hanya 53,09 persen. (3) cakupan jaminan sosial belum menyeluruh. (4) tingkat kematian ibu dan stunting masih tingga dan (4) kasus kekerasan perempuan juga masih sering terjadi.
Kendala tersebut bila tidak diantisipasi dengan baik maka yang muncul adalah kemiskinan, kerawanan sosial, ketimpangan pendapatan antar kelompok dan pengangguran usia muda. Yang akan mengakibatkan konflik sosial dan produktivitas yang rendah sehingga target pertumbuhan ekonomi tidak bisa tercapai.
Bonus demografi akan dapat dimanfaatkan dengan optimal bila pemerintah daerah mampu meningkatkan produktivitas pekerja, peningkatan kapasitas SDM, dan memberikan kesempatan kerja yang luas bagi usia muda.
Dengan demikian akan diperoleh peningkatan pendapatan perkapita karena produktivitasnya meningkat, dengan pendapatan meningkat maka diharapkan konsumsi dan investasi meningkat yang akan mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.
Penulis
Suparman, S.ST, MM.
Statistisi Ahli Muda