Memaknai Peristiwa Isra” Mi’raj di Masa Pandemi Covid-19
Penulis : Imam Muhlis Ali*
Besok pada hari Kamis, 11 Maret 2021 Masehi diperingati sebagai peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Bertepatan tanggal 27;Rajab 1442 Hijriyah.
Peristiwa Isra’ Mi’raj terdapat dalam Surah Al-Isra’ ayat yang ke-1, yang artinya :
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isra’ : 1).
kata Isra’ artinya berjalan malam. Dalam hal ini yakni perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsha (Palestina). Kata Mi’raj secara bahasa berarti naik ke atas yakni naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsha sampai langit yang ketujuh dan dilanjutkan menuju Sidratul Muntaha. Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi hanya satu malam yakni tanggal 27 Rajab bertepatan tahun 621 Masehi.
Latar belakang peristiwa Isra’ Mi’raj yakni makin meningkatnya gangguan dan ancaman dari Kaum Kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW saat berusaha mendakwahkan agama islam pada masyarakat Mekah. Lebih-lebih setelah istri dan paman Nabi Muhammad SAW wafat. Puncak kesedihan Nabi ini terjadi pada tahun kesepuluh. Ditengah kesedihan inilah Allah dengan kasih sayangnya mengutus Malaikat Jibril memberi kabar gembira pada Nabi Muhammad SAW.
Maka pada malam itu Malaikat Jibril membersihkan hati Nabi Muhammad SAW dengan air zamzam. Lalu memasukkan hikmah dan iman. Malaikat Jibril mendampingi Nabi Muhammad SAW dengan mengendarai Buraq yang bentuknya seperti peranakan antara kuda dan keledai dan bersayap terbang sangat cepat menuju Masijidil Aqsha (Palestina).Singkat cerita lalu selanjutnya menuju Sidratul Muntaha.
Banyak peristiwa yang dilihat langsung oleh Nabi Muhammad SAW saat melaksanakan Isra’ Mi’raj. Selain bertemu dengan para nabi-nabi terdahulu juga beliau menemui kejadian-kejadian yang tidak pernah dilihat dibumi. Seperti diperlihatkan orang yang berperut sangat besar dengan nanah dan darah mengalir deras yang menandakan suka makan riba lalu melihat orang memotong lidahnya sendiri mengucur darah dan terus berulang putus menyambung lidahnya. Ini diterangkan orang yang suka menggunjing. Kebalikannya Nabi Muhammad SAW melihat orang orang yang memanen padi terus menerus. Ini menggambarkan orang yang suka beramal jariyah.
Puncak dari peristiwa Isra’ Mi”raj ini adalah Nabi Muhammad SAW menerima mandat dari Allah SWT untuk selanjutnya disampaikan kepada umat yakni perintah ibadah Shalat lima waktu. Jadi Shalat ini adalah inti Isra’ Mi’raj dan Shalat adalah media untuk mencapai kesalehan spiritual individu hubungannya dengan Allah SWT. Shalat juga untuk keseimbangan tatanan masyarakat yang beradab (Annur 2020).
Bagi orang yang tidak beriman apalagi kafir tentu saja peristiwa Isra’ Mi’raj ditanggapi sangat tidak rasional. Waktu itu Kaum Kafir Quraisy malah berkesempatan semakin menghina Nabi. Nah sahabat Abu Bakarlah yang mempercayai peristiwa tersebut. Gelar “As-Shidiq ” yang berarti orang yang membenarkan diberikan oleh Nabi pada sahabat ini.
Peristiwa Isra” Mi’raj dalam konteks dimasa pandemi Covid-19
Peristiwa Isra’ Mi’raj bila dikaitkan dengan keadaan kehidupan kita sekarang ini tentu saja dapat kita ambil hikmahnya. Sesuai dengan keterangan diatas bahwasanya latar belakang peristiwa itu terjadi adalah saat Nabi Muhammad SAW sedang bersedih hati karena dakwah islam mendapat tantangan luar biasa dari Kaum Kafir Quraisy serta istri beliau (Siti Khadijah) dan paman Abu Thalib wafat. Hikmahnya adalah kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW di zaman ini hendaknya sabar dan tabah dengan kondisi sekarang yakni diuji virus Corona (Covid-19) dan kabarnya lebih setahun ini ada lagi virus Corona 117. Sabar dan tabah diantaranya adalah dengan terus menambah kualitas dan kualitas ibadah terutama ibadah shalat.
Sesuai dengan redaksi diatas bahwa inti ajaran peristiwa Usra” Mi”raj yakni perintah melaksanakan ibadah Shalat. Dalam konteks masa Pandemi Covid-19 ini sangatlah terkait dan bermakna. Dimana dalam praktek shalat kita maknai tidak hanya ritual ibadah individu saja namun shalat merupakan sarana ibadah yang sangat mempengaruhi segala lini kehidupan kita. Kita umat islam khususnya di Indonesia selayaknya terus memperbaiki shalat yakni dengan menambah intensitas shalat. Kewajiban dan sunnah- sunnahnya kita lakukan dengan istiqomah.
Shalat sunnah qabliyah dan bakdiyah kita jalankan. Meskipun dengan protokol kesehatan, berjama’ah shalat kita istiqomahkan. Wirid dan do’a bakda shalat kita dawamkan. Mengaji Al-Qur’an kita rutin kan setiap hari. Shalawat kita perbanyak. Mendo’akan bangsa ini kita panjatkan dengan ikhlas. Jangan lupa persatuan umat islam dan bangsa ini kita jaga.
Bersabar dimasa Pandemi Covid-19
Seyogyanya dengan memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj dimasa Pandemi Covid-19 ini kita maknai sebagai masa bersabar. Bersabar dengan tetap beribadah dan justru malah menguatkan hati dan jiwa kita. Kita yakin ini semua ujian buat kita umat islam dan dunia. Semuanya datang atas kehendak Sang Penguasa alam semesta, Allah Azza Wajalla. Mari kita melaksanakan ibadah- ibadah kita dengan istiqomah dan ikhlas. Tentunya sambil terus berdo’a pada Allah SWT semoga Pandemi Covid-19 dan virus- virus lain dihilangkan. mudah-mudahan Allah SWT memberi petunjuk pada kita dan atas kehendak kita dapat menjalani nasa bersedih ini dengan rasa sabar, tabah, tawakal selalu pada Allah SWT. Mari kita membantu pemerintah dengan menjalani protokol kesehatan dan kita bantu para tetangga, saudara, teman dan bangsa ini dengan apa yang bisa kita bantu. Paling tidak minimal kita terus berdo’a semoga semua tetap sehat wal afiat. Amin. Alfatihah
*Mengajar di Madrasah Darun Najah
Kader Ansor – Banser
Anggota Pengurus LTMNU Cab.Pati.