JAMASAN: Sejumlah anggota Kerispati sedang prosesi pengolesan minyak pada keris, akhir pekan lalu.
Patinews.com
Trangkil – Komunitas penggiat budaya yang tergabung dalam Kerispati, Pati, Jawa Tengah merasa iri terhadap warga Tionghoa. Hal itu tak lepas dari kebiasaan bangsa kita yang justru berbanding terbalik terhadap pelestarian budayanya.
Hal tersebut diungkapkan Gus Mahfud, Ketua Kerispati saat memimpin acara Jamasan Agung di Desa Mojoagung, Kecamatan Trangkil, belum lama ini.
“Melihat fakta-fakta yang ada, orang China dimanapun dia berada, selalu membawa jatidirinya. Mengenalkan budayanya dengan bangga. Nah kita, itu terbalik. Kita yang hidup di Nusantara justru masih malu mengakui budaya diantaranya keris ini sebagai jatidirinya,” ujar Gus Mahfud disela-sela acara.
Gus Mahfud, Ketua Kerispati.
Kegiatan jamasan atau pencucian benda pusaka keris ataupun benda pusaka lain biasa dilakukan pada Bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Sehingga pada acara Jamasan Agung yang dibuka untuk umum ini, diharapkan akan bisa memberikan edukasi tentang budaya seperti filosofi keris.
“Acara ini bentuk keptihatihan kita terhadap lunturnya kultur masyarakat kita. Yang mestinya tradisi ini menjadi akar dari jatidiri bangsa. Makanya kita terpanggil untuk menggaungkan tradisi dan adat istiadat asli bangsa kita,” tuturnya.
Dikatakan, yang terpenting dari acara tersebut adalah edukasi kepada generasi bangsa. Karena selama ini adat dan budaya keris lebih dipahami secara negatif.
“Lebih ke edukasi bagaimana menempatkan keris pada mestinya. Mengembalikan paradigma yang selama ini keris dipahami masyarakat awam lebih ke sisi mistis. Dan tugas kita adalah meluruskan pemaknaan-pemaknaan itu,” tegas Gus Mahfud.
Diakui, bahwa para leluhur kita lemah dalam budaya menulis. Tetapi ajaran adiluhung itu langsung diaplikasikan dalam perilaku. Sehingga ajaran tersebut menjadi adat dan budaya.
Selanjutnya, Komunitas Kerispati berharap pemerintah lebih peduli dan memperhatikan para penggiat budaya. Agar budaya asli seperti keris kembali membumi di bumi Nusantara.
“Minimal diberi ruang lah bagi para penggiat budaya ini,” imbuhnya.
Dalam jamasan keris yang mengambil tema “Nguri-nguri Tradisi Ngukuhi Jatidiri” ini sudah mendapatkan kekancingan dari Keraton Solo, yakni Raden Tumenggung Pujo Winoto.
Setidaknya ada 97 benda pusaka milik warga Pati turut ambil bagian dalam acara jamasan yang mengambil air dari sendang Keraton Pengging Boyolali ini. Selain didominasi keris, ada juga patrem atau ketis kecil, jimatan hingga tombak.
“Tidak hanya menjadi agenda rutin tahunan, tapi bagaimana kegiatan seperti ini bisa meluas di setiap daerah. Dengan nguri-nguri budaya sendiri sebagai bentuk pengukuhan jatidiri,” pinta Gus Mahfud. (red1)