Seorang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pati, yang divonis 12 tahun penjara atas kasus pengeroyokan yang menyebabkan korban meninggal, menunjukkan perkembanagan kesejahteraan psikologis yang signifikan. Perubahan ini terlihat melalui penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, otonomi, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Kisah ini menggambarkan bagaimana WBP mampu memanfaatkan waktu di Lapas untuk merenungi tindakan masa lalu dan memperbaiki dirinya.
Subjek adalah seorang pria berinisial H (26) yang divonis penjara karena keterlibatan dalam kasus pengeroyokan. Dalam perjalanan hukumannya, ia berinteraksi dengan sesama warga binaan, petugas lapas, dan lingkungannya. Ia juga memanfaatkan interaksi dengan teman-teman lamanya di Lapas untuk menciptakan hubungan positif.
Proses refleksi dan perubahan ini dimulai sejak hari pertama H memasuki Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pati dan terus berlangsung selama masa hukumannya. Perubahan-perubahan ini tercermin melalui kegiatan sehari-hari, baik dalam pekerjaan maupun interaksi sosial.
Proses ini terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pati, khususnya di area-area seperti tempat tinggal warga binaan, kolam ikan yang menjadi lokasi favorit ia untuk merenung, dan ruang kerja tempat ia menjalankan tugas sebagai tahanan pendamping.
Perubahan kesejahteraan psikologis subjek dipicu oleh perasaan bersalah atas tindakan masa lalu serta keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Subjek WBP H (26) berusaha memperbaiki dirinya dengan menerima kesalahan masa lalu, menjalin hubungan positif, dan mengembangkan keterampilan pengendalian diri.
Transformasi kesejahteraan psikologis subjek WBP H di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pati terjadi melalui serangkaian proses yang saling mendukung. Dengan menerima diri, menjalin hubungan positif, mengikuti kegiatan rutin, memiliki tujuan hidup yang jelas, dan refleksi diri yang mendalam, subjek berhasil menghadapi tekanan hidup di lapas. Proses ini menunjukkan pentingnya peran lingkungan dan kesadaran diri dalam menciptakan perubahan positif, meskipun dalam kondisi yang penuh tantangan. Ia membuktikan bahwa pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan psikologis tetap dapat dicapai dengan upaya konsisten untuk introspeksi, adaptasi, dan pengendalian diri.
Kisah ini menunjukkan bahwa meski berada dalam situasi sulit, warga binaan seperti subjek WBP H di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pati tetap dapat mencapai kesejahteraan psikologis. Dengan refleksi mendalam dan dukungan lingkungan, ia berhasil menemukan makna hidup yang baru dan bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan. Kisah ini menjadi bukti bahwa transformasi diri selalu memungkinkan, bahkan di tempat yang tidak terduga.