KEKENTALAN KEBUDAYAAN DI DAERAH SUKOLILO
PATI– tradisi meron sukolilo adalah yang dirayakan dengan membawa meron, yaitu tumpeng besar yang dihiasi dengan berbagai hasil bumi, makanan, dan ornament tradisional.
Kata “meron” berasal dari bahasa Jawa yang merujuk pada tumpeng besar yang dihiasi dengan berbagai hasil bumi dan ornament tradisional. Tradisi ini dipercaya sudah ada sejak ratusan tahun lalu sebagai bentuk ungkapan syukur kepada tuhan atas hasil panen dan rezeki yang melimpah, sekaligus wujud penghormatan nabi Muhammad.
Meron menjadi simbol semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat Sukolilo, yang masih menjunjung tinggi nilai nilai kearifan lokal. Setiap tahun tradisi ini digelar dengan melibatkan banyak elemen masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua.
Kisah awal mula meron Sukolilo
Tradisis meron Sukolilo berasal dari Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, dan memiliki akar budaya yang erat dengan sejarah Islam di daerah tersebut. Tradisi ini digelar sebagai bagian dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Awal mula tradisi ini berhubungan dengan penyebaran Islam oleh Walisongo, terutama Sunan Muria. Sunan Muria menggunakan pendekatan budaya untuk menyampaikan ajaran islam, termasuk melalui tradisi lokal yang bias diterima oleh masyarakat setempat.
Fakta tentang tradisi meron Sukolilo
Kata meron merupakan singkatan dari mempere kraton, yang bearti mirip dengan sekaten di keraton Mataram atau Yogyakarta. Meron terdiri dari 13 gunungan yang disajukan disepanjang jalan Sukolilo. Meron terdiri dari 3 bagian, yaitu mahkota, gunungan, dan ancak. Isinya berupa makanan dan hasil pertanian warga Sukolilo.
Meron diarak keliling desa dan dibagikan kepada warga sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur. Meron dimeriahkan dengan kegiatan keagamaan, seperti pengajian, pembacaan sholawat, dan doa bersama. Meron betujuan untuk melestarikan tradisi budaya masyarakat dan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan YME.
Diyakini membawa berkah
Kepercayaan bahwa tradisi meron membawa berkah telah mengakar kuat dalam masyarakat Sukolilo dan sekitarnya. Banyak yang percaya bahwa dengan ikut serta dalam acara ini mereka mendapatkan berkah langsung dari Rasulullah. Gunungan yang menjadi pusat perhatian dalam tradisi meron dianggap sebagai keberuntungan. Mendapatkan bagian dari gunungan, baik berupa makanan atau hiasan, dianggap sebagai tanda akan mendapatkan berkah dalam hidup.
Secara umum tradisi meron dianggap sebagai bentuk syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh tuhan dengan mengikuti tradisi ini, masyarakat berharap akan mendapatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik. Kepercayaan akan berkah yang didapat dari treadisi meron telah diwariskan secara turun temurun. Hal ini membuat kepercayaan tersebut semakin kuat dan sulit dilepaskan dari tradisi itu sendiri.
Artikel ini ditulis oleh mahasiswa program study pendidikan guru sekolah dasar fakultas ilmu pendidikan Universitas PGRI Semarang.
Oleh:
1.Veriska dwi aryanti (24120486)
2.Andini hilma nailissyifa (24120489)
3.Aulia Anifatun Na’imah (24120491)
- Ulfiya miftah arisuna (24120499)
- Hilga difasafara (24120501)
- Adela yaffa fariha (24120505)
7.Safitri Aliya Nafisha (24120472)
8.syifa qolbia (24120508)
9.Sri hartanti pratiwi (24120513)