Renungan Hari Guru Nasional Tahun 2023
Oleh Ali Musyafak
Para ahli membagi guru ke dalam beberapa nama dan tingkatan, mulai dari mudarris, mu’allim,musyrif, dan mursyid yang kesemuanya itu memiliki makna guru atau pendidik.
Mudarris berasal dari kata darasa yang berarti pelajaran. Mudarris artinya orang yang memberi pelajaran; guru, tenaga pendidik.
Mu’allim berasal dari kata ‘ilmun artinya pengetahuan. Mu’allim artinya orang yang menyampaikan pelajaran, dan memastikan terjadinya transfer ilmu.
Musyrif berasal dari kata syarafa yang berarti kemuliaan. Musyrif artinya orang yang menyampaikan pelajaran, mentransfer ilmu, dan memberikan bimbingan menuju kemuliaan, dengan penuh rasa kasih sayang.
Sebagai Musyrif harus mampu mendidik, mengasihi, membentuk kepribadian, watak dan integritas, tak hanya semata pengajaran ilmu dan pengembangan wawasan.
Mendidik adalah mencinta, andai pun terpaksa harus menghukum anak didik, hukuman itu berdasarkan cinta, bukan amarah apalagi kebencian.
Tingkatan berikutnya adalah Mursyid, berasal dari katarosyada yang berarti petunjuk. Mursyid artinya orang yang menyampaikan pelajaran, mentransfer ilmu, memberikan bimbingan, dan menuntun ke jalan spiritual hingga tercapainya ruh/esensi ilmu.
Dari model dan tingkatan guru di atas, semua takkan berhasil jikamendidiknya hanya sebatas lahiriyah, tanpa disertai esensi pendidikan yang sesungguhnya yang lebih dikenal dengan istilahruhulmurobbi.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa gelar akademis yang berderet – deret pada seorang guru bukan jaminan keberhasilan dalam mendidik. Metodologi pembelajaran yang paling canggih pun demikian,mungkin hal itu ada benarnya, bahkan sangat mungkin gelar yang membanggakan dan metodologi pembelajaran yang canggih itu justru jadi boomerang menuju kegagalan. Hal ini bisa terjadi jika seorang guru mengabaikan peran Allah Subhaanahuwata’ala dalam mendidik.
Mendidik itu menyentuh hati. Hati adalah pusat perubahan diri, jika hatinya baik, maka ucapan dan perilakunya akan menjadi baik. Jika hatinya buruk, maka ucapan dan perilakunya pun menjadi buruk dan tidak ada seorang pun yang dapat membolak – balikkan hati kecuali Allah Subhaanahuwata’ala. Disinilah dibutuhkan kekuatan seorang guru untuk menghadirkan Allah Subhaanahuwata’ala dalam setiap interaksi dengan siswa
Pendidikan Islam Klasik pun menjadikan metode sebagai sorotan. Ini dapat dipahami karena metode memang lebih penting dari kurikulum atau materi , Ath – thoriqahAhammu Minal Madah. Namun metode juga sangat tergantung pelaksanaannya pada guru, sebab guru lebih penting dari metode itu sendiri, Al– MudarrisAhammu Min Ath – Thoriqah.Namun dari itu semua, ruh seorang guru lebih bermakna dari jasadnya sendiri, _Wa RuhulMudarrisAhammu Min MudarrisNafsuhu. Karena metode secanggih apapun, jika berada pada guru yang tidak bersemangat, akan nihil hasilnya, maka ruh seorang guru itu lebih penting dari segala – galanya RuhulMudarrisAhammu Min Kulli Sai’in.
Prinsip pendidikan harus tegas menyatakan bahwa metode lebih penting dari materi, Guru lebih penting dari metode, dan jiwa Guru lebih penting dari guru itu sendiri. Jadi, selain materi dan Guru. NjiGuru sangat berperang penting dalam keberhasilan Pengajaran. Karena dengan jiwa keikhlasan dan pengabdiannya, Guru akan dapat mewarnai Murid. Ini sesuai pendapat Sir PencyNunn, Seorang Guru Besar Pendidikan di UniversityOf London yang mengatakan bahwa baik buruknya suatu pendidikan tergantung Kebaikan, Kebajikan, dan Kecerdasan Pendidik.
Pilihl dan pilihkanlah anak kita dengan Guru yang senantiasa Mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahuata’ala ( TaqarrubBihaqqiIllallah), senantiasa Takut kepada Allah (Al- Khauf BihaqqiIllallah), senantiasa bersikaptenang dan selalu hati-hati (Wara’), senantiasa tawadhu’, khusyuk, mengadukan segala persoalannya kepada Allah Subhaanahuwata’ala, tidak menggunakan Ilmunya hanya untuk meraih kepentingandunia semata.
Dan marilah kita menjadi guru atau pendidik yang penuh dengan ruhnya, yaitu guru yang penuh keikhlasan, kesabaran, bergairah, serta selalu menjadi uswatunhasanah dan penuh cinta kasih sayang kepada siapa saja.
Cinta adalah anugerah Tuhan yang tak bertepi, kitahanya bisa belajar dengan orang yang kita cintai dan mencintai, cinta adalah obat, cinta adalah kekuatan, cinta adalah magic, dan cinta adalah kemahaan Tuhan.
Semoga cinta kita dalam mendidik akan melahirkan generasi kuat cerdas ikhlas dan penuh dengan cinta pula.