Patinews.com – Cluwak, Hidup sebatang kara di dalam gubug berukuran kurang lebih 3 x 4 Meter persegi berdinding banner bekas dan beratap terpal plastik, itulah kehidupan sehari – hari Mbah Wardi (68 tahun) warga Desa Mojo dukuh kentengan Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati Jateng.
Tempat tinggal tersebut memang jauh dari layak huni, Mbah Wardi sudah kurang lebih tujuh sampai delapan tahun sendirian tinggal di gubug itu. Sebagai penguat dari terjangan angin dan hujan lebat, gubug tersebut di tali dan dikait-kaitkan dengan pohon rembesi dan pohon jaranan yang masih hidup.
Tak terbayangkan bila malam dan hujan datang. Kedinginan dan kegelapan yang menemani Mbah Wardi sehari-hari. Mbah Wardi yang semula hidup dengan istri dan anaknya di gunungwungkal. Setelah hubungan dengan istrinya cerai, Mbah Wardi memilih untuk pulang di tanah kelahirannya di Desa mojo, yang memang ada peninggalan tanah dari bekas rumah orang tuanya.
Akan tetapi rumah peninggalan orang tuanya sudah roboh termakan usia, yang tersisa hanya potongan – potongan batu merah bekas dinding dan kondasi rumah.
“Kesedihan bertambah berat yang di rasa Wardi, kendati putri semata wayangnya tidak pernah menjenguknya. Sekira sudah kurang lebih lima tahun atau lima kali lebaran anak saya tidak pernah jenguk saya,” keluh Mbah Wardi.
“Walaupun putri saya tidak pernah kesini saya tetap selalu mendo’akan, semoga anak saya selalu di beri kesehatan dan keselamatan dalam hidupnya,” ujarnya.
Untuk bertahan hidup dalam keseharian, Wardi mencari rongsokan di sekitar desa mojo. Sedikit demi sedikit rongsokan di kumpulkan di pinggir gubugnya nanti kalau banyak baru di jual kepada tukang rosok. Untuk makan sehari – hari, ia dikirim makanan dari adik kandungnya yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Terkadang juga dapat kiriman makanan dari tetangganya yang iba.
Mendengar cerita tersebut, Hari Selasa (18/02) dari lintas komunitas pati mulai dari WaG Sosial Notoprojo, Dulur Ganjar, Ayo peduli, yayasan selawe mendatangi kediaman Mbah Wardi. Memang benar apa yang di huni Mbah Wardi itu tidak layak, ungkap Ahmad muflih dari salah satu komunitas yang ikut datang di kediaman Mbah Wardi.
Dengan keberadaan Mbah wardi yang sangat memprihatinkan sekali , Lintas komunitas sosial bersepakat untuk besok hari Minggu depan akan sumbangsih semampunya dengan bergotong royong untuk membangun rumah yang layak huni untuk Mbah Wardi.
Do’a dan harapan dari Ahmad muflih salah satu anggota Lintas komunitas, semoga besok Minggu gotong royongnya bisa berjalan dengan lancar sesuai harapan.
“Besok Minggu untuk turut serta bergotong royong dalam membangun rumah Mbah wardi,” tandasnya. (pn/ spr)